05. Care

4.6K 521 89
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

"Masih pagi." Hinata tersenyum. Ia suka pagi yang cerah dan hangat seperti ini, apalagi jika langit berwarna biru tanpa awan, sungguh menyenangkan.

Kakinya terus melangkah, ia memang baru keluar dari apartemen, sekarang Hinata sedang berjalan menuju halte yang berjarak sepuluh menit dari apartemennya.

Satu keinginan Hinata, ia ingin berteriak. Menghilangkan semua bebannya dalam dada, rasa sesak sering kali hinggap dalam hatinya. Menyesali apa yang telah ia pilih untuk masa depannya yang entah suram atau cerah.

Hinata berharap—

Ckitt!

"Hey!"

Hinata sendiri malah berdiri dengan kaku, ia masih kaget. Lima detik yang lalu Hinata bisa saja mati jika refleks si pengendara buruk.

"Hinata?"

Hinata menoleh. "Gaara-kun?"

Gaara menaikkan kaca helmnya. Ia memicingkan mata. "Hey. Kau ini tidak hati-hati sekali. Untung aku yang akan menabrakmu."

"Hah?" Hinata cemberut. "Gaara-kun mau membunuhku, ya?"

"Bukan begitu. Aku langsung mengerem, coba saja kalau Rubah Bipolar Naruto Namikaze yang menabrakmu. Mungkin dia tidak akan mengeremnya."

Kelopak mata Hinata berkedip. Apa sedendam dan sebenci itu Naruto padanya? Sehingga pemuda itu akan membuhunya?

Hinata menggeleng, ia ... Tidak setuju apa yang dikatakan Gaara. Lagi pula Hinata yakin, Naruto masih punya rasa kasihan terhadapnya. Hanya saja terkubur oleh rasa kesal.

"Ja-jangan berlebihan."

"Kau akhir-akhir ini selalu membelanya." Gaara membuka helmnya.

Apa benar?

Hinata bahkan tidak sadar.

"Ja-jangan ngawur."

"Tuh, kau mengigit bibirmu."

Hinata melipat bibirnya. "Ti-tidak tuh!"

"Melipat bibir, tandanya kau bohong."

"Gaara-kun mauku colok matanya, ya?"

Gaara tertawa, saat jari telunjuk dan jari tengah Hinata akan mencolok matanya. 1000% ia yakin, Hinata tidak akan melakukannya.

"Silahkan jika berani."

"A-ah, sudahlah."

Tuh, kan! Apa katanya juga.

Hinata mundur ia berbalik arah belakang dan duduk di jok motor Gaara. "Lebih baik kita berangkat saja."

Kening Gaara berkerut, ia merasakan tangan Hinata yang bertengger di bahunya.

Like An Illusion ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora