02. Heart Gymnastic

5.6K 630 107
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

Tangan Hinata bergetar, telinganya masih berfungsi dengan baik dan sekarang ia berharap bahwa kini Hinata mengidap gangguan telinga.

Apa maksud Ayahnya?

Bahkan matanya sampai perih karena lupa berkedip. Ia menyesal telah melewati ruang kerja Ayahnya. Bukan maksud menguping atau apa, tapi keadaan rumah yang sangat sepi memungkinkan percakapan terdengar.

"Apa maksudnya?"

Lavendernya menatap Hiashi dan Neji bergantian.

Hiashi menghela napas. Tidak ada gunanya jika menyembunyikan hal ini lebih jauh pada putrinya. Tadinya ia akan mengatakannya baik-baik, namun apa daya jika Hinata sudah tahu tanpa diduga.

"Minumlah dulu."

Hinata tidak haus, memang tenggorokannya terasa kering akibat mendengar perkataan Ayahnya. Tapi mana selera Hinata minum.

Terpaksa Hinata mengangguk. Ia mengambil cangkir di meja dengan tangan yang bergetar.

Teh aroma melati yang kini diminumnya sama sekali tidak meredakan detak jantungnya yang kian memburu.

Di sebelah kiri Hinata, tampak pemuda bersurai coklat panjang mendesah frustasi. Kepalanya terasa berdenyut sejak tadi siang. Apalagi melihat adiknya yang pucat pasi setelah mendengar kata yang diucapkan Hiashi.

"Hinata?"

Hinata mendongak.

"Boleh Tou-san menceritakan suatu hal?"

"Si-silahkan, Tou-san." Tangan Hinata saling meremas rok seragamnya kuat-kuat.

.

.

.

Rahang Naruto mengeras. Giginya saling beradu. Tangannya juga mengepal, ingin sekali ia memukul seseorang. Lalu siapa yang harus dipukulnya?

"Shit!"

Handuk putih yang tadinya dipakai mengeringkan rambutnya Naruto lempar.

Dengan tegas. Naruto ingin menolaknya.

Tapi, bagaimana dengan Ayah dan Ibunya? Apakah mereka terima?

Cih! Apa urusannya?! Ia memang anak yang penurut, tapi akan membangkang dalam beberapa hal.

Padahal Naruto bukan anak yang manja, dia tidak pernah minta apa pun, ponsel saja didapatnya dengan menabung. Jangan berpikir bahwa hanya dilahirkan dari keluarga kaya semua anak akan terpenuhi fasilitasnya.

"Padahal, aku sudah mengorbankan impianku. Tapi kenapa kalian malah berniat menjadikanku bayaran untuk hal yang kalian lakukan di masa lalu?"

Like An Illusion ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora