Shakila terlihat menggeliat malas di ranjang. Sedari tadi ia tidak melakukan kegiatan apapun, ia hanya sibuk membuka ponselnya tanpa tahu apa yang harus ia kerjakan. Hari weekend nya terbuang sia sia. Selalu saja seperti ini.
Shakila mencoba untuk menutup matanya, mencoba membayangkan dirinya menikah dengan seorang pangeran seperti yang ada dinovel. Bukannya fokus dengan pangeran yang ada di mimpinya, pikirannya malah memikirkan masa depannya yang membuatnya merasa kesal.
Ia membuka matanya cepat, beralih lagi ke ponselnya. Ia menghela napas, sama saja tidak ada yang menarik nonton Vidio lucu pun tidak membuatnya tertawa.
"Sial! Gabut banget anjir," tutur Shakila frustasi.
Shakila melempar ponselnya ke sembarang tempat. Ia duduk melamun, pikirannya malah kosong. Memikirkan hal-hal yang membuat nya overtingking.
"Kenapa, sih. Hidup gue gini-gini amat!" serunya merasa kesal.
Yang sedang Shakila rasakan sekarang adalah perasaan sepi, sunyi. Ia hanya berdiam diri di kamarnya tanpa tahu harus mengerjakan apa, bahkan ia sama sekali tidak berbicara dengan orang lain. Ia sendirian disini.
Benar-benar nolep.
Shakila memijat kepalanya, ingin rasanya ia produktif seperti yang lainnya tapi ia tidak tahu harus ngapain. Hanya suara jangkrik yang menemaninya, kedua orang tuannya sedang sibuk kerja. Walaupun ini hari weekend.
Ting
Satu notifikasi masuk di ponselnya. Buru buru Shakila membukanya, ternyata itu dari Bella yang menelponnya. Ia mendegus, malas mengangkat telfon.
Bella: woi?!
Me: knp?
Bella: ayo beli salad, mumpung ada motor. Gua jemput.
Shakila nampak menimang nimang ajakan Bella. Kalau dipikir oke juga lagipula dirinya juga merasa kesepian saat ini.
Me: ok.
Shakila keluar rumah, menunggu jemputan Bella. Ia hanya menggunakan pakaian biasa, toh mereka berdua hanya membeli salad buah di taman dekat kompleks.
"Wasap bro!" seru Bella datang.
Shakila menyipitkan matanya. "Motor siapa?"
"Temen gue. Dia ngedate sama Rico, motornya taruh rumah gue," jawab Bella tertawa.
Shakila menyunggingkan senyumnya. "Anak pinter,"
"Haha anjir! Makan dirumah Lo aja ya," ujar Bella mendapat anggukan dari Shakila.
"Ada makanan, 'kan?" lanjut Bella bertanya.
"Banyak!" cibir Shakila, tahu maksud temannya yang suka sekali makan.
"Sip!"
Shakila naik dengan duduk dijok belakang. Di perjalanan Bella terus saja mengoceh. Setelah keduannya membeli salad buah, mereka pulang dan saat diperjalanan pulang mereka berdua mendapati Naura yang sedang menyapu teras.
Bella mengklakson keras hingga Naura terlonjak. Sontak Shakila tertawa. Buru buru Bella melajukan motornya.
"Lo mau makan?" tanya Shakila menawarkan.
"Gak, ah. Malu gue!" seru Bella
Shakila memutar bola matanya kesal. Padahal sudah terbiasa. "Biasanya juga malu-maluin!"
Bella tertawa keras. "gue udah makan tadi. Tapi kalau camilan Sabi lah,"
"Gak ada,"
"Yeuu. Gue makan salad aja biar sehat," tutur Bella menyuapkan salad ke mulutnya.
Shakila mengangguk, ia menyodorkan salad kemulutnya. Matanya melebar teringat sesuatu. "Eh, gue ada bakso. Lo mau?"
"Tapi belum digoreng sih," lanjut Shakila.
"Gue mau. Tapi males buat nge-ngoreng," timpal Bella
"Yaudah,"
"Ah! Gue suruh aja Naura kemari!" seru Bella dengan ide cemerlangnya.
Shakila tersenyum lebar dengan mengacungkan kedua jempol nya. "Pinter!"
Dan benar saja Naura mau datang. Memang dari kedua temannya, Naura sendiri yang paling suka memasak bahkan ber-eksperimen. Kadang, kami sering ke rumah Naura untuk mencicipi masakan-nya.
"Kampret Lo berdua. Kalau ada maunya aja ngajak ajak!" Seru Naura kesal. Ia mendegus saat kedua temannya mengacanginya, sibuk dengan film yang ada di ponsel Bella.
Posisinya, mereka bertiga berada di dapur milik Shakila. Dengan Naura yang sibuk menggoreng bakso juga Shakila dan Bella yang asik menonton film.
"Yaelah, biasanya juga lu suka masak," lontar Bella
"Ini mah cuma goreng Bell! Anak TK aja bisa," ketus Naura kesal.
Shakila mengangkat bahunya. "Serah,"
"Beli salad gak dikasih. Eh, malah di suruh nge-babu!" omel Naura
Bella menyunggingkan senyumnya lalu menyodorkan cup salad buah miliknya. "Lo, mau?"
Naura bergidik ngeri melihat salad yang sudah tercampur rata. "Jijik!"
Bella tertawa keras. Memang, dalam hal apapun ia lebih suka mengaduk makanannya. Entah itu salad maupun bubur, sangat berbeda dengan yang lainnya.
"Nih, nona-nona. Udah Mateng," ujar Naura membawa piring berisi bakso goreng.
"Minumnya ambil di kulkas aja," suruh Shakila
"Okey siap!"
***
Setetes air mata keluar begitu saja. Keringat dingin membasahi dahi Shakila. Matanya masih terpejam rapat, dengan guling di sampingnya. Bayangan waktu dirinya dikucilkan, dijauhi dan ditolak temannya kembali menghantui pikirannya hingga terbawa mimpi.Mata Shakila terbuka lebar, deru napasnya memburu. Ia berusaha mengatur napasnya kemudian meringkuk sambil memeluk kakinya.
"Kenapa muncul lagi di mimpi?" lirihnya ketakutan.
Shakila mengusap kasar wajahnya, ia merangkak menuju meja belajarnya untuk mengambil air mineral yang ia teguk sampai tandas.
Shakila mendudukkan tubuhnya dengan bersender di dinding. Kedua tangannya menutupi wajahnya, kemudian ia menangis ketakutan.
"Gue benci!"
"Benci!"
Hai bagaimana dengan part ini? Semoga suka yaa❤️
Kalau ada typo bilang ya. Nanti aku perbaiki😍

YOU ARE READING
Senyap Yang Tak Terucap (Completed)
Teen Fiction||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DONT COPY MY STORY! Hidup dengan rasa cemas dan ketakutan setiap saat, akan kah kamu bisa? ini kisah Shakila, seorang gadis remaja yang terjebak lingkaran hitam dimasa lalunya yang menyebabkannya terk...