31. Berangkat Dengan Bus Umum

324 38 5
                                        

Happy reading ❤️
Jangan lupa buat tekan tombol ⭐ agar aku semangat nulisnya

Shakila melangkahkan kakinya masuk ke dalam angkutan umum, bus. Ia menghela napas berat, ia tidak menggunakan kendaraan pribadi hari ini, motornya dipakai oleh ayah karena motor ayah yang sudah tua, mulai sering masuk bengkel. Terpaksa, Shakila harus naik bus. Sebenarnya tidak masalah baginya, hanya saja ia tidak suka keramaian dan sesak karena penuh dengan orang.

Seperti yang sudah Shakila tebak, saat ia memasuki bus, pemandangan pertama yang ia lihat hanyalah segerombolan manusia yang memenuhi bus. Bahkan, sepertinya kursi sudah penuh, mengharuskannya berdiri. Padahal niatnya, ia ingin duduk manis di bus dengan membaca novel yang sedang ia genggam.

Baru saja, Shakila ingin menggantungkan tangan kanannya di pegangan bus. Seseorang bersiul dan ia tahu itu siapa.

“Kiw ... Cantik! Duduk sini sama abang. Kosong, nih!” teriak seseorang dari kursi bus belakang.

Shakila memutar bola matanya malas. Ia sama sekali tidak menoleh. Tangan kirinya sibuk memegang novel, terpaksa ia harus membacanya dengan cara berdiri seperti ini. Kalau dipikir pikir, lebih baik duduk dikursi yang masih kosong. Tapi Shakila malas jika disampingnya ada makhluk hidup yang menyebalkan.

“Eh ... Eh!” tangan Shakila ditarik begitu saja oleh seseorang, yang membawanya duduk di kursi yang masih kosong.

“Lo apaan, sih!” ketus Shakila tidak suka.

“Gue mau berdiri aja,” tolak Shakila

“Gak bisa, Kil. Udah, deh! Tinggal duduk manis aja, apa susahnya, sih?” tanya orang itu.

Shakila tidak menggubris perkataannya, ia melangkahkan kaki kanannya untuk pindah, tapi bus sudah mulai bergerak maju. Membuatnya terpaksa duduk.

“Nah, gitu dong!”

“Lo tahu gak, Kil. Itu artinya bus ini setuju kalau Lo duduk bareng cowok ganteng kayak gue!” ujarnya bangga.

“Najis!” umpat Shakila kesal.

Shakila membuka kembali novelnya, mencoba untuk membaca kembali. Tapi sepertinya, moodnya sudah rusak saat orang disampingnya terus berceloteh. Membuatnya kesal berkali lipat.

“Lo bisa diem gak sih, An!” seru Shakila, menipuk kepala orang itu dengan novel.

“Aduh, Kil ... Sakit,” Andi memegangi kepalanya yang sudah cenat cenut. Ia meringis melihat novel yang Shakila pegang cukup tebal.

“Brisik tahu gak!” sentak Shakila marah.

“Iya maaf, Kil. Udah Lo baca lagi, nih ... Nih ... ” Andi membukakan kembali novel Shakila.

Andi menatap Shakila ngeri. Temannya ini tidak bisa diajak bergurau, padahal niat awalnya hanya ingin menggodanya. Tapi ia lupa siapa yang harus ia hadapi.

“macan galak!” gumam Andi sambil mengelus kepalanya pelan.

“Lo ngantain gue?” tanya Shakila ngegas, tadi ia mendengar ucapan Andi.

“Eh nggak Kil! Suer!” nyali Andi langsung menyiut saat Shakila menatapnya dengan mata melotot.

Rasanya Shakila ingin menendang orang ini keluar bus. Tapi ia urungkan, mana mungkin. Shakila kembali pada novelnya  tidak mua berurusan dengan Andi, yang ada nanti malah membuatnya emosi.

Sekarang saja, Shakila berusaha mengatur napasnya agar tidak emosi. Tapi, ia sekarang baru menyadari sesuatu, sepertinya ia tidak takut lagi jika bersebelahan dengan orang asing. 

Senyap Yang Tak Terucap (Completed)Where stories live. Discover now