15. Remidial

409 47 11
                                        

Happy reading ❤️

Shakila tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita Nathania. Sekarang Shakila merasa senang karena ia bisa duduk satu meja dengan Nathania, Keysa sendiri tidak berangkat. Katanya sakit, mungkin karena observasi di sungai kemarin lusa.

“Vc Keysa, yuk?” ajak Nathania membuka ponselnya.

“Vc aja,” sahut Shakila

Pandangan Shakila mengarah ke meja depan. Ia melihat Lily yang sedang mengobrol serius dengan Nisa. Hari ini April tidak berangkat dan dengan semangat Lily duduk sebangku dengan Nisa. Awalnya tadi Shakila merasa kesal karena Lily selalu berpindah tempat, tapi begitu tahu Keysa tidak berangkat. Nathania mengajaknya untuk duduk di sampingnya.

Video terlah tersambung, walau dengan tampilan yang sedikit blur. Shakila dapat melihat muka Keysa yang sedang berbaring di ranjang.

“Lagi apa, Key?” tanya Nathania

“Sakit apa Lo?” Shakila ikut bertanya

“Pusing anjir kepala gue,” tutur Keysa dari sebrang.

“Tebas aja Key, pala Lo. Gue jamin pusingnya langsung ilang,” saran Shakila yang membuat Keysa marah.

“Wah l, gila Lo! Matilah saia,” kata Keysa tertawa.

Nathania terkekeh. “Yaudah, Key. Cepet sembuh ya, kita matiin dulu ponselnya. Keburu bel.”

“yoi!”

Nathania mengakhiri pembicaraan lewat ponsel, karena mendengar bel sekolah berbunyi. Pertanda bahwa pelajaran pertama akan di mulai.

Shakila menghembuskan napasnya lega. Berharap hari ini akan menyenangkan, ia tahu pasti akan sangat menyenangkan terlebih ia duduk di samping Nathania--sahabatnya yang senantiasa mengajaknya berbicara.

Kelas mulai hening ketika terdengar suara sepatu yang semakin dekat semakin terdengar nyaring. Pak Rudi, datang dengan membawa setumpuk kertas.

“Selamat pagi anak-anak!” sapa pak Rudi dengan senyum mengembang, sangat ramah. Berbeda dengan guru lainnya.

“Pagi pak!” jawab murid serempak.

Pak Rudi memulai untuk mengabsen, mendadak perasaan Shakila tidak enak. Sedari tadi ia terus menatap tumpukan kertas itu.

“Baik anak-anak. Pagi ini bapak akan membagikan hasil ujian Minggu lalu. Kalian sudah mengetahui nilainya bukan?” tanya pak Rudi.

“Sudah pak!” Shakila mengingatnya, Pak Rudi mengirim lewat ponsel.

“Saya akan membagi kelas ini menjadi dua kelompok,”

Deg. Perasaan Shakila Tidak enak.

“Sebaris meja di depan meja guru untuk anak yang remidi. Sedangkan meja di baris lain untuk yang pengayaan,” jelas pak Rudi.

“Mampus!” umpat Shakila. Karena Keysa tidak hadir, jadi hanya dirinya lah yang perempuan sendiri. Shakila berdecak kesal.

“Gue disini aja deh,” tutur Nathania, tahu apa yang dipikirkan sahabatnya.

“Gak bisa gitu, Nia, 'kan Lo gak remidi.” kata Shakila.

“Tapi lo cewek sendiri. Masa iya gue ninggalin Lo gitu aja?” Nathania memang teman yang pengertian.

“Gak bakalan boleh Niaaa,” ujar Shakila gemas.

Nathania berdecak ia mengacungkan jarinya ke atas. “Pak, saya boleh, 'kan pengayaannya di sini?”

Senyap Yang Tak Terucap (Completed)Where stories live. Discover now