Happy reading ❤️
Tekan tombol ⭐ agar aku semangat update
Shakila nampak mengendap-endap keluar rumah. Sore ini, ia berencana pergi bersama Elvan ke taman Patung Kuda. Tadinya, Elvan ingin menjemputnya, tapi ia menolak. Tidak mau nantinya jika ketahuan oleh bundanya maka tidak akan diizinkan. Untung saja, ayahnya belum pulang kerja, jadi ia bisa leluasa pergi.
Shakila berjalan kaki dari rumah. Mengabaikan omongan tetangga, yang membuat kupingnya panas. Shakila masih sama, masih belum bisa terbiasa dengan lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Ia bahkan tidak menyapa sebelum disapa.
Sepanjang perjalanan ia mengumpat, canggung sekali rasanya jika harus menebarkan senyumnya pada tetangga di kompleksnya. Tahu akan seperti ini, lebih baik tadi ia menerima tawaran Elvan yang ingin menjemputnya.
“Elvan mana, ya?” Shakila mengedarkan pandangannya ke penjuru taman.
Matanya melebar kala melihat, seseorang berbadan tegap duduk di kursi taman dengan Hoodie hitam, memakai topi dengan warna selaras, serta kacamata yang hinggap diantara kedua matanya. Shakila tahu, Elvan memakai kacamata karena biasanya orang albino sensitif akan cahaya matahari.
Tangan Shakila melambai ke udara, sambil berteriak memanggil. “Elvan!”
Begitu tahu, Elvan berdiri dan berjalan menghampirinya. Shakila langsung berlari ke arahnya, spontan memeluk tubuh besarnya. Menyenderkan kepalanya ke dada bidang milik Elvan.
Shakila menguraikan pelukannya, pipinya memerah. Rasanya masih malu.
“Kenapa gak boleh jemput?” tanya Elvan sambil mengacak-acak rambut Shakila dengan gemas.
“Nanti gak dibolehin sama Bunda,” jawab Shakila menghentikan tangan Elvan yang terus mengacak rambutnya.
“Ishh ... Berantakan, Van!” tegur Shakila tanpa sadar nada bicaranya terdengar lucu.
Elvan hanya terkekeh. “Mau jalan kemana, Sha?”
“Gatau, jalan-jalan aja. Keliling taman,” sahut Shakila.
Elvan mengangguk, ia mengambil tangan kanan Shakila untuk digenggam.
Mendadak hati Shakila berdesir, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Bukan karena takut terhadap situasi seperti biasanya, entah kali ini terjadi karena apa. Shakila menatap tubuh Elvan yang menjulang tinggi, senyum tidak henti hentinya menghiasi wajah Shakila.
“Elvan,” panggil Shakila berhenti berjalan ia menatap Elvan dengan kagum.
“Apa sayang?”
Shakila tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ada semburat warna merah dipipinya, perutnya seolah dipenuhi oleh kupu kupu.
Saat Elvan menatapnya, ia tidak berani menatap balik. Rasanya sangat malu, bola matanya bergerak tak tentu arah.
“Ayo, Sha, duduk dulu.” Elvan menarik tangan Shakila untuk duduk.
“Kenapa?” tanya Elvan heran dengan gerak gerik Shakila.
“Malu,” cicit Shakila, menunduk.
“Sini deh Sha,” suruh Elvan menarik tangan Shakila untuk mendekat.
Begitu sudah dekat, dengan jarak yang cukup membuat jantung Shakila berdetak cepat. Elvan langsung memeluk tubuh mungil pacarnya itu. Satu tangan Elvan berada di pinggangnya, yang satunya mendarat pada kepalanya.
Shakila dipenuhi oleh rasa nyaman, akibat pelukan hangat dari Elvan. Ia menghirup udara dalam dalam dari dada bidangnya. Tiba tiba Shakila teringat sesuatu.

YOU ARE READING
Senyap Yang Tak Terucap (Completed)
Teen Fiction||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DONT COPY MY STORY! Hidup dengan rasa cemas dan ketakutan setiap saat, akan kah kamu bisa? ini kisah Shakila, seorang gadis remaja yang terjebak lingkaran hitam dimasa lalunya yang menyebabkannya terk...