13. Anxiety

669 51 1
                                        

Happy reading ❤️

Sebelum baca part ini, aku cuma mau ngomong kalau penyebab tokoh Shakila terkena anxiety itu karena aku pernah mengalaminya tapi aku sendiri blm pernah cek yaa, tapi kalau aku lebih ke anxiety social.

Jadi kalau semisal ada kesalahan arti dari anxiety itu sendiri, boleh kok dikritik dan diberi saran yang membangun. Terimakasih 🦋🦋🦋

Shakila membanting tas ranselnya kesal. Rasanya ia benar benar marah. Tadi waktu di sekolah, tepatnya di lorong kelas ia mendengar Rendra yang mengatakan bahwa dirinya tidak cantik, lebih tepatnya sok cantik dan sontak itu membuat tertawa teman temannya. Walaupun Rendra tidak mengatakan didepannya, namun tetap saja terasa sakit. Apalagi Shakila mendengarnya langsung dari kupingnya sendiri.

Memang dasar, Rendra and the geng suka sekali ngomongin orang lain dibelakangnya. Selain omongannya yang menyakitkan, ada juga si Rico yang kalau ngomong asal ceplos dan terkesan seperti cewek. Tidak jarang Rico di beri julukan lambe wedok oleh para perempuan di kelas.

Sialnya sampai sekarang Shakila belum juga berhasil move on  dari Rendra. Padahal Shakila sendiri tahu, kalau Rendra menyukai Nathania--temannya sendiri. Ia tidak mau nantinya akan terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan persahabatannya rusak.

Tubuh Shakila merosot ke bawah. Ia memeluk kedua kakinya. Jantungnya berdetak cepat, ia marah tapi ia juga merasa sedih. Emosi yang sedari tadi ia tampilkan ber-ubah menjadi tangisan. Dadanya naik turun, bagaimanapun ia masih sangat mencintai Rendra.

“Gue sayang sama Lo, Ren,” lirih Shakila

“Apa gue sejelek itu, sampai Lo benci sama gue?” tanyanya bermonolog sendiri.

Shakila seperti sudah kehilangan harapan. Tiga tahun sudah, ia mencintai Rendra, dari kelas 10 hingga sekarang. Bahkan bentar lagi bakalan lulus, tapi Rendra tidak menyukainya.

Nathania memang sangat cantik, lemah lembut, mapan. Ah, sudahlah! Membandingkan dirinya dengan Nathania hanya akan membuat hatinya sesak, ia tidak bisa membenci Nathania.

“Kenapa gue gak terlahir cantik?” tanya Shakila berdiri di hadapan cermin. Di detik kemudian ia menangis. Ia teringat video tempo lalu, yang mengatakan bahwa dirinya harus bisa bersyukur.

“KILA!” teriak bundanya, membuat Shakila menghapus air matanya.

“Iya bunda,” jawab Shakila keluar kamar. Pasti bundanya butuh bantuan.

“Ada apa bunda?” tanya Shakila mendekat.

“Sana beliin bunda bumbu dapur. Ini bunda udah tulis,” tutur bunda menyerahkan secarik kertas.

Melihatnya saja sudah buat Shakila pusing. Belum lagi, ini ia baru pulang sekolah, masa langsung di suruh suruh.

“Tapi Bun, Kila, belum mandi,” ujar Shakila

“Mandinya nanti aja. Sana! Nanti keburu ayah dateng. Kalau gak ada makanan terus ayah marah-marah gimana? Kamu mau kena marah?! Buruan sana!” omel bunda

Shakila mendegus kesal. “Iya bunda,”

Padahal motornya sudah ia parkirkan di bagasi. Tapi terpaksa Shakila keluarkan lagi untuk pergi ke warung, mana mau ia jalan kaki. Yang ada nanti tetangga sebelah ngomong 'aduh cantik banget anaknya siapa? Kok nggak pernah keluar?'  itu hanya akan membuatnya kesal dan membuang waktu untuk menjawabnya.

Shakila memelankan motornya kala melihat warung yang terlihat ramai dikunjungi oleh ibu ibu. Dalam hatinya ia merasa dongkol, malas karena ramai, lebih baik ia puter balik dan mencari warung yang sepi. Ia malas nantinya jika ada ibu-ibu yang menanyakan keberadaannya seperti wartawan.

***

“Hahaha,”

“Kok, gini, sih? Ngakak anjir!” seru Shakila, tertawa terpingkal-pingkal melihat Vidio yang ia lihat.

Dalam Vidio tersebut ada semacam soal ujian dengan bertuliskan seperti ini:

Adi mempunyai tai sepanjang 2cm.

Harusnya kata itu bertajuk tali tapi karena typo jadinya seperti itu. Sungguh sedari tadi shakila tidak berhenti tertawa.

“Typo meresahkan!” Shakila geleng-geleng kepala.

Shakila kembali meng-scroll instagramnya. Tidak baik, tertawa seperti itu, lebih baik lupakan.

Matanya melebar, namun senyum sinis melekat pada bibirnya. Melihat satu postingan yang membuatnya semakin membenci masa lalunya.

Anxiety.

Ia terkena Anxiety, gangguan kecemasan yang berlebih. Yang disebabkan oleh adanya pengucilan atau pembullyan oleh suatu kelompok. Dengan ciri ciri; jantung berdetak dua kali lebih cepat, sering merasa cemas, tangan berkeringat dan dingin, dll.

Itu semua terjadi ditubuhnya, Shakila menatap kedua tangannya tidak percaya. Sekarang Shakila tahu semuanya, kenapa dirinya sering merasa cemas. Karena dia punya Anxiety. Dampak pengucilan yang di lakukan temannya dulu, sangat membuat Shakila kesal. Tangannya mendadak terkepal, dengan air mata yang mengalir begitu saja, ia sangat sangat membenci orang-orang yang ada di masalalunya.

Shakila kembali mengingat. Orang orang yang dulu membully-nya. Bayangan kelam itu menusuk tubuhnya. Ia menutup mulutnya dengan geleng-geleng kepala, sangat takut kejadian di masalalunya akan terulang kembali.

Shakila hampir gila.

“Kenapa fakta yang terkuak sangat menyakitkan?”

Shakila mengusap kudua pipinya yang sudah basah, ia beranjak keluar kamar untuk makan malam. Ia tidak mau nanti bundanya marah marah.

“Kila! Tadi kamu beli masakonya di warung mana?” tanya bunda, sambil menatap kemasan berwarna kuning keemasan itu dengan detail.

“Warung mbok, Sri bun,” jawab Shakila

“Loh, kok, beli di sana? Kenapa gak di warung budhe aja?” tanya bunda memutar tubuhnya.

“Tadi di budhe rame,” balas Shakila berkata jujur.

“Emang kenapa kalau rame?” tanya bunda, tapi Shakila malas untuk membalasnya.

Bunda terlihat berdecak kesal. “Ini kadaluarsa,”

“Sana beli lagi. Di budhe!” suruh bunda

“Tapi bun,”

“Gak ada tapi tapi-an, sana!”

Hai bagaimana dengan part ini? Maaf untuk Minggu kemarin hanya sempat update 1 part.

Aku lagi gaenak badan🙂

Semoga suka dengan part ini yaaa. Next mau kapan?

Senyap Yang Tak Terucap (Completed)Where stories live. Discover now