11. (Pernah) Depresi

708 61 3
                                        

Happy reading ❤️

Kata andai terlalu sakit untuk diucapkan.

“Aaahhh,”

“Haaahhhh!” mata Nathania merem melek dengan keringat yang terus bercucuran dipelipisnya. Bahkan bibirnya sudah memerah, seperti habis memakan darah.

“Sshh... Haahhh!”

“Air!!!” Nathania mengibaskan tangannya ke udara, berharap rasa pedasnya segera berakhir.

“Hahaha, komuk Lo!” ujar Keysa tertawa sampai terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya Nathania.

“Nih,” Shakila menyodorkan segelas air jeruk.

“Lo sih, pake sambelnya kebanyakan jadi begini, 'kan!” ledek Shakila ikut tertawa.

Dengan gerakan cepat Nathania meneguk air jeruk itu sampai tandas tidak tersisa. Namun percuma, rasa pedasnya belum juga hilang. Bahkan matanya sampai berair.

Sekarang, mereka bertiga berada di kantin untuk makan bakso. Sebenarnya mereka ingin memakannya di kelas, tapi kelas digunakan anak laki-laki untuk menyetel musik dengan suara kencang membuat Shakila tidak betah dan mengajak teman-temannya pergi ke luar.

“Kok, masih pedes, sih?!” seru Nathania marah.

Keysa mengeleng tidak percaya, bisa bisanya Nathania marah karena perbuatannya sendiri. “Heh! Lo pake sambel gak kira-kira,”

“Gue satu sendok aja udah pedes gini. Gimana lo, yang pake tiga sendok?” tanya Shakila heran.

“Betul, tuh! Awas aja nanti pas pelajaran minta ditemenin ke toilet!” ejek Keysa tertawa.

“Sial! Gue pikir gak sepedas yang gue kira,” tutur Nathania menyesal.

Shakila tersenyum lebar, siap untuk mengejek temannya. “Mampus kau!”

“Gue beli air lagi deh,” ujar Nathania berdiri bersiap pergi.

“Tunggu,” Shakila mencegahnya.

“Mending Lo beli susu aja. Biar pedesnya kurang,” titah Shakila

Nathania mengangguk mantap. “Oke siap!”

Seusai Nathania yang pergi, kini hanya ada mereka berdua. Keysa yang sibuk dengan baksonya, sedangkan Shakila hanya diam sesekali mengaduk es jeruk-nya, tanpa berniat meminumnya. Pikirannya kembali kosong.

“Nanti kita pulang jam berapa, Key?” tanya Shakila memecah keheningan.

Keysa nampak meneguk air sebelum menjawab. “Nggak tahu. Gue mana pernah merhatiin jadwal,”

Shakila mendegus mendengar perkataan Keysa, sama aja seperti dirinya yang tidak terlalu memperdulikan pelajaran. Ngomong ngomong hari ini ada pergantian jam les.

“Emang paling bener nanya sama Nia,” cetus Shakila sebal.

“Apa Nia-Nia?” tanya Nathania datang.

Baru saja Shakila ingin menanyakan sesuatu, keburu Keysa menyerobot perkataannya. “Lo bawa apa?”

“Oh. Ini ada permen, mau gak?” tanya Nathania memberikan permen kepada temannya satu persatu.

Kesya berdecak kesal. “Yaelah permen doang!”

“Bersyukur dong!” seru Shakila melempar permennya, hingga mengenai tepat di mata Keysa.

“Sakit bego!” Keysa mengucek matanya.

Shakila menurunkan bahunya tidak peduli, ia beralih pada Nathania. “Oh, iya, nanti pulangnya jam berapa?”

Senyap Yang Tak Terucap (Completed)Where stories live. Discover now