30. Ribut-Ribut

524 44 7
                                        

Happy reading ❤️
Tekan tombol ⭐ agar aku semangat buat update.

Pelajaran pertama hari ini, diisi oleh Bu Tutik. Tangan Shakila terkepal, menonjok nonjok diudara saat tangannya mulai terasa kebas, Bu Tutik memang seperti itu, suka sekali memberi ringkasan materi yang bahkan tidak bisa disebut ringkasan, karena saking banyaknya. Pelajaran sejarah memang materinya sebanyak itu.

Shakila meringis ke depan, melihat Lily sebagai sekertaris kelas, asik menorehkan tinta di papan tulis. Ia tidak bisa membayangkan betapa pegal tangan teman sebangkunya itu, yang harus menulis dua kali, di papan tulis serta dibuku tulis.

“Ya Allah, capek banget!” keluh Andi dari sebrang meja.

“Tangan gue mati rasa anjrot!” timpal Rico

“Jangan berisik kalian! Gitu aja kok, ngeluh.”

“Kalau ngeluh terus kapan selesainya?” omel Bu Tutik.

Para murid terutama yang laki laki hanya bisa mendegus kesal. Bisa saja mereka tidak mengerjakan tugas, tapi lihat saja Bu Tutik punya seribu satu cara agar anak didiknya mau mengerjakan tugas. Sungguh, menakjubkan.

“Masih banyak gak, Ly?” tanya Bima, di samping Andi yang sudah menjatuhkan kepalanya tidak berdaya.

“Masih,” jawab Lily tanpa menoleh ke belakang. Tangannya masih sibuk dengan spidol.

Bima mendegus lelah. “Oke, mantap.”

Bu Tutik berjalan, mengelilingi kelas. Melihat apakah anak didiknya menulis dengan baik, tapi pandangannya jatuh pada salah satu siswa yang tertidur di kelas dengan buku paket, sebagai bantalnya.

“Rico, bangunin temen kamu,” suruh Bu Tutik

“Bakalan susah Bu. Mending ibu saja,  hehe,” balas Rico sambil tertawa.

“Kamu nyuruh ibu?” tanya Bu Tutik nyolot, membuat seisi kelas menatapnya.

“Eh, iya Bu, iya. Ini saya bangunin kok,” sahut Rico cepat.

Rico mencoba membangunkan Rendra dengan caranya. Ia mengetok-ngetok kepalanya dengan keras. “Woi, assalamualaikum.”

“Banguninnya yang bener! Nanti kalau kepalanya pecah bagaimana?!” omel Bu Tutik mengundang gelak tawa seisi kelas.

Mendengar keributan di kelas, membuat Rendra terbangun dengan sendirinya. Ia mengucek matanya berulang kali. Hingga matanya menyesuaikan cahaya yang ada di dalam kelas.

“Nah, murid kesayangan ibu udah bangun!” seru Rico.

“Ngapain, sih!” ucap Rendra tidak suka, apalagi saat seisi kelas menatapnya dengan gelak tawa. Ada guru pula.

“Kamu Rendra! Bukannya belajar malah tiduran di kelas!” omel Bu Tutik, sambil memijat pangkal hidungnya.

“Cuci muka dulu sana!” suruh Bu Tutik

“Berisik!” umpat Rendra yang masih di dengar oleh Bu Tutik.

“Ngomong apa kamu!” todong Bu Tutik dengan bola mata yang hampir keluar.

“Eh, gak Bu! Nggak!” Rendra berlari keluar kelas, menuju toilet.

Seisi kelas menertawakan Rendra yang lari terbirit-birit. Padahal mukanya masih setengah ngantuk.

“Permisi bu,” panggil pak Broto mengentuk pintu.

“Ada apa pak?” tanya Bu Tutik mendekat.

“Saya mau panggil, Nisa sama April,” lontar pak Broto.

Senyap Yang Tak Terucap (Completed)Where stories live. Discover now