Bab 1: Harisa malas pacaran

28.8K 1.4K 77
                                    

Aku mengetukkan jari-jariku dengan bosan sambil mendengarkan curahan hati Wanda tentang pacarnya yang ada aja masalahnya. Pacarnya cuek kek, pacarnya sibuk kek, dichat cewek lain kek. Bahkan aku rasa masalah si Wanda dan pacarnya lebih ribet dari sinetron Indonesia kayaknya, ribet banget.

"Gak taulah, mumet gue. Besok - besok Aril ngulangin lagi." Dumel Wanda dengan jengkel mengingat pacarnya lupa mengabarinya seharian kemarin sambil meminum sisa es tehnya, sementara teman-temanku yang lain hanya bisa geleng kepala saking gemasnya dengan cewek penyuka pink ini.

Entah yah, antara cowoknya yang terlalu cuek atau sobatku ini yang terlalu ribet soal cinta-cintaan. Intinya pacar Wanda masih jadi bahan gosip kami selagi menunggu masuknya dosen kedua kami hari ini.

Diantara kami bersembilan hanya Wanda yang saat ini punya pacar, itu pun jatuh bangun putus nyambung. Gak tau deh dari aku SMA sampai kuliah circle pertemananku pasti pasukan jomblo, termasuk aku. Aku bahkan belum pernah tau rasanya digandeng pacar alias masih jomblo abadi.

Kalo sekedar gebetan ada sih, yang nembak juga ada. Malahan pas SMP yang nembak ada delapan orang tapi kutolak. Aku juga gak ngerti kenapa aku merasa malas aja punya hubungan sama cowok. Mungkin karena ribet, seperti kasus sobatku Wanda ini.

Tapi aku yakin kok, ada saatnya aku punya pacar, cuman belum waktunya aja.

Saat menyuap bakso, tiba-tiba Arda menepuk pahaku di bawah meja. Kalo seperti ini, artinya dia mau menyampaikan sesuatu tersirat atau bahan gosip baru. Dia memberi instruksi untuk aku segera mengecek handphone.

"Cek arah jam dua sobat. Itu asdos baru kayaknya perhatiin lo terus dari tadi."

Aku meletakkan hape lalu pura-pura ambil minuman dan melirik ke arah yang dimaksud. Ternyata Asdos yang dimaksud Kak Wahyu yang emang pas aku balik keliatan salah tingkah. Karena aku orangnya sok ramah, aku dengan senyum tolol menyapanya sambil menaikkan tangan tanda hai.

"Mari makan kak."
Si Abang manis cuma ngangguk sambil pura-pura ngalihin perhatian ke hpnya. Sementara sobat - sobat semejaku udah senyum gak jelas dan bentuk kesepuluh jarinya tanda love yang kubalas dengan dengusan.

"Sa, Kak Wahyu naksir lo kalii"

"Alah, Risa mana mau sama cowok modal tampang doang. Tipe Risa kan yang punya banyak ini" Celetuk Talitha sambil gesekin jari telunjuk dan ibu jari simbol uang, sedangkan aku yang jadi bahan bullyan menutup telinga dan memeletkan lidah pada temanku yang kurang ajar ini.

"Anjir lah Sa, kalo gitu cari sugar daddy aja sono" Ujar Miska yang buat teman-temanku ketawa kecil. Untungnya Kak Wahyu udah keluar dari Kantin. Kalo gak, mungkin nilai kami udah jadi C- aja di mata kuliah Kimia Anorganik.

Kemarin aku sempat berdebat sama Talitha tentang bagusan mana, cowok ganteng atau cowok tajir. Talitha pilihnya cowok ganteng karena katanya bisa memperbaiki keturunan.

Sedangkan aku lebih milih cowok tajir karena menurutku kalo mau good looking yah harus punya duit. Lagian realistis aja, apa-apa kan harus pake duit. Tampang buat apa kalo gak bisa dipake makan?? Iyakan?? Iyadong!!!

Makanya Talitha ngungkit itu sebagai ledekan. Tapi kalo aku boleh milih antara cowok tajir atau cowok biasa aja, mending yang biasa aja deh, asal dia pintar atur duit.

Aku juga pernah dengar kata selebgram Anya Geraldine yang bilang kalo cowok punya duit, dia akan merasa punya power lebih terhadap kita. Aku setuju sih, Istilahnya 'Lelaki diuji dengan harta'. Mereka akan semena-mena dengan pasangannnya. Lagian, mana ada cowok tajir yang mau sama aku????

*****

Kerja tugas dari dosen malam ini paling asik ditemani cemilan. Hal ini yang mendorong aku untuk membuat seloyang pizza dengan taburan keju mozarella diatasnya. Aku memang suka buat cemilan sendiri kalo buat cemilan sendiri kan lumayan duitnya bisa dibeliin skincare.

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang