Bab 18: Harisa galau Abang selingkuh

10.3K 823 13
                                    

Pintu kamar terbuka dan tertutup kembali. Kemudian kurasakan sisi ranjang di sebelahku bergerak. Aku berusaha menahan sesegukan yang keluar saat Abang mulai melingkari tangannya pada perutku sementara wajahnya menempel tepat di bahu belakangku.

"It's not just badmood, right?"

Aku tidak menanggapi. Dengan pelan, ku matikan layar handphoneku yang masih menyala lalu ku selipkan ke bawah bantal secara perlahan agar Abang tidak tau.

"Am i wrong? could you tell me what happen?"

Aku berbalik tidur menghadapnya. Kini dia melihat wajahku yang sepenuhnya sembab. Aku gak peduli. Aku cuman ingin menikmati wajahnya. Pria yang selama ini menanam harapan besar pada hatiku. Pria yang memperlakukanku seakan aku satu-satunya perempuan di dunia ini. Rasanya aku sulit percaya bahwa Abang main di belakangku.

"Aku mau tenangin diri dulu boleh ya?"

Ku rekatkan tubuhku pada tubuhnya Tanganku yang semula memegang tangannya kini membalas pelukannya dan kepalaku yang menempel di dada yang selama ini selalu aku puja. Rasanya, makin ku peluk erat ternyata makin sakit.

"Aku cuman pengen ngobrol hal random sama Kakak. Bisa kan?" Abang mengangguk. Dia membaui rambutku selama itu. Lengannya tak pernah berhenti mengelus punggungku.

"Hari ini ngapain aja?"

"Hmm, nothing special. Cuman ke pabrik untuk sidak langsung produksi, ketemu klien, meeting dengan Jo, then memikirkan kamu tiap setengah jam sekali." Aku meremas kaos yang ia pakai di pelukanku saat dia menyebut perempuan itu.

"Jo yang punya masalah sama 'cewek' nya?" Aku sengaja menekankan kata cewek berharap untuk dia koreksi. Tapi sayangnya, dia malah mengangguk.

"Iya. Emangnya Jo siapa lagi?"

"Oh gitu." Aku mengangguk mengerti. Abang bohong lagi.

Tangan Abang memberikan pijatan kecil di punggungku terus menerus seolah ia ingin memberikan aku kekuatan dalam masalah yang ku hadapi hingga membuat aku menangis.

"Waktu di Jakarta, Kakak sempat ke hotel?" Tanyaku memancing dia.

"Heeem, seingatku iya. Kenapa?"

"Sama siapa?" Aku deg-degan ketika aku bertanya.

"Sama Papa. Acara koleganya. Kenapa?" Seharusnya aku bisa menebak dia menjawab apa. Mana mungkin orang selingkuh mau mengaku.

"Gak, teman ku liat Abang waktu itu. Tau kan, fans Abang banyak."

Aku makin merapatkan kepalaku di dadanya dan mencoba menghirup semua wangi tubuhnya. Sayangnya, di wangi yang sama, perasaanku terhadapnya tak lagi sepenuhnya sama.

Seandainya dulu aku bisa tegas dengan perasaanku sendiri

Seandainya dulu aku tidak hanyut dalam pernikahan ini

Seandainya dulu aku membuat kesepakatan dengan Abang agar dia mau melepasku

Mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Aku mungkin tidak terhempas terlalu keras dengan perasaan dan kekecewaan ku sendiri.

"Aku mau cat rambut warna ash grey. Kira-kira cantik gak?"

"Cantik. Mau warna hitam, coklat, ungu, abu-abu, kuning, pink atau warna lain, terserah kamu. Asalkan kamu senang aku juga senang. Kamu cantik dengan warna apapun." Ucapannya membuat perutku melilit.

Abang menyugar rambutku, salah satu kegiatan favoritnya saat kita bersama, atau mungkin dengan perempuan lain juga. Sesekali dia menyanyikan lagu yang akhir-akhir ini sering kami dengar di radio mobil tiap pagi.

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Where stories live. Discover now