Bab 9: Harisa digodain Abang

12.3K 1K 27
                                    

Selamat pagi dunia tipu-tipu!! Tapi hari ini karena kayaknya dunia lagi gak berniat menipu, jadi cuaca cerah banget secerah moodku yang buat aku jadi pengen masak sesuatu yang spesial untuk sarapan. Bagusnya apa ya? Makanan gurih kayaknya enak.

Aku membuka kulkas untuk menemukan sesuatu yang bisa dibuat jadi makanan gurih. Di kulkas ada ayam. Tiba-tiba makanan yang terlintas di kepalaku adalah opor, tapi seingatku Abang gak suka santan. Jadi gimana dong? Aku tanya Abang aja? Siapa tau dia suka.

Aku menengok Abang yang lagi workout di ruangannya. "Kak."

Abang menoleh, astaganagaaaaa
Badannya yang shirtless ditambah keringatnya yang bikin mengkilap buat aku jadi salah fokus. Mana rambutnya basah lagi. Sial, Abang buat aku jadi mikir yang iya-iya, di pagi hari yang katanya gak tipu-tipu.

"Kenapa?"

"Mau makan opor ayam gak? Ada santannya tapi."

"Boleh."

"Kata Kak Rian kemarin, gak suka sayur santan." Abang ketawa.

"Bukan sayur santan kan?" Eh iya juga ya, yaudah deh. Jadi masak opor dong berarti.

Aku kembali ke dapur untuk menyiapkan peralatan masak dan bahannya. Sebelumnya, aku coba ingat dulu cara membuat opor kayak gimana. Setelah mengerti, aku putar musik di ponsel dan mulai bertempur dengan alat masak.

Senyumku makin lebar dengan air mata yang keluar pas tau lagu yang muncul ternyata lagu kesukaanku. Sambil nyanyi lirih, bawang ku kupas dengan pelan supaya percikannya gak mengenai mataku. Padahal lagunya hepi, masa jadi nangis. Kan gak lucu.

Lagi asik mengupas bawang, tiba-tiba tangaku ditarik dari belakang, yang ternyata Abang pelakunya. Siapa lagi kalo bukan dia?

Abang menarik kuncir rambut yang ada di pergelangan tanganku. Setelah itu, dia mengumpulkan rambutku dan mengikatnya. Cara Abang ikat rambut bikin sakit banget. Pas ku raba, aku meringis. Bentuknya kayak rambut ayam, yang bagian atas lebih longgar jadi terkesan berdiri rambutnya. Sedangkan rambut bagian sisi kepalaku rapat banget ikatannya.

Tapi gapapa deh, yang penting niatnya.

Abang lalu membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa buah stroberi dan susu. By the way, badannya masih shirtless dan masih penuh dengan keringat. Duh, Abang bisa mundur sedikit gak sih? pesonanya kelewatan. Hehehe

"Kamu mau smoothie?"

"Iya mau." Kalo Abang yang buat.

Kami berdua akhirnya sibuk di dapur. Sesekali tubuh kami bersenggolan. Kalo seperti itu, dia gak segan untuk menggoyangkan pinggulnya dengan kencang supaya aku oleng. Ku cuekin, ternyata Abang makin menjadi-jadi.

Aku berniat mengambil sendok yang ada di sampingnya. Bukannya geser, dia malah merapatkan badannya ke badanku. Dia lalu menyenggolku sehingga aku mundur tiba-tiba. Aku menatap Abang malas. Dia cuma ketawa lalu sambil memegang dua gelas smoothie dan berjalan ke ruang tengah.

Syukurlah, pengganggu sudah pergi.

Sayangnya, selagi aku mencoba opor yang sudah jadi, tiba-tiba Abang datang lagi. Dia mengambil toples di meja bar. Bukannya pergi, dia malah mendekat. Dia memencet telunjuknya di pinggangku buat aku jadi tersentak kaget dan geli. Aku menatap Abang garang.

"Lari, ada macan ngamuk!!" Sialan!! Abang pikir aku ini macan? Kalo gitu dia apa? suami macan?

"Kak Rian ihhh. Awas aja."

Abang ketawanya puas banget abis jailin aku. Aku cuma misuh-misuh liat dia jalan keluar dapur. Awas yah Bang, ku jailin balik nanti.

Setelah makanan sudah siap, aku memanggil Abang yang lagi duduk di ruang tengah sambil nonton Spongebob. Dih, bocah banget. Mungkin karena kita yang udah mulai akrab, sifat asli Abang udah mulai keluar semua. Padahal, awal-awal Abang keliatan cool.

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Where stories live. Discover now