Bab 13: Harisa bingung dengan sikap Abang

11.4K 935 13
                                    

YANG MASIH BOCIL MINGGIR DEH

*************************

Sayup-sayup aku mendengar suara seseorang yang memanggil. Setelah itu, aku merasakan pinggangku seperti dipegang seseorang dan tengkukku seperti ditiup dengan pelan buat aku jadi sedikit menggelinjang geli.

Semakin aku sadar, rasanya makin nyata. Perasaan aku tidur sendiri di kamarku, dan dari kecil sampai sekarang gak pernah sekalipun aku mengalami hal mistis, apalagi dipeluk setan. Kecuali jika setannya ini memiliki bau yang mirip-mirip dengan orang yang aku kenal.

"Ca..."

Makhluk di belakangku makin mengganas. Tangannya yang bertengger di perutku bergerak ke atas dan ke bawah dengan ritme teratur. Tengkukku serasa ditempeli benda lunak basah.

Tolong jangan bilang monster dari series Netflix yang ku nonton ternyata beneran ada dan sekarang sedang siap memangsa aku. Atau, aku cuma mimpi sedang nonton filmnya dan ternyata monsternya ada di dunia nyata, saking takutnya aku jadikan mimpi tapi di dalam Netflix. Ngertikan?

Aku meremang saat benda basah itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain di sekitar tengkukku. Benda yang semula gerak di perutku jadi diam saat tanganku menahannya. Ketika ku raba benda di perutku, ternyata mirip dengan tangan seseorang. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya aku menyelami apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Aku seperti sedang dipeluk seseorang dengan wangi yang sangat familiar. Mataku mengerjap. Aku jadi teringat seseorang. Kubalik kepalaku dan menemukan sosok yang belum kutemui seminggu ini.

"Kakak?" Abang tersenyum lalu menyembunyikan wajahnya di lenganku.

"Hai. Kebangun deh. Sorry."

Aku menatap Abang bingung. Rencananya aku baru akan menjemput dia di bandara sekitar dua hari kedepan karena setahuku Abang akan pulang besok malam. Sekarang dia sudah ada di sampingku. Aku senang, tapi disisi lain entah kenapa hatiku serasa resah, apalagi setelah aku sadar bahwa dia gak seharusnya disini.

"Tetangga liat Kakak masuk?" Aku menatapnya panik. Alasan kita berdua tinggal di apartemen karena status pernikahan kami yang masih rahasia. Mama menyarankan kami tinggal di tempat lain supaya menghindari mulut tajam tetangga.

Tetangga zaman sekarang kayak mata-mata. Ada sedikit saja hal aneh, bisa-bisa jadi gosip se komplek. Kalo aku sampai ketahuan sudah menikah, pasti aku bisa jadi tranding topic pergosipan komplek mawar biru. Apalagi kalo bukan gosip aku tekdung duluan?

Abang menggeleng. "Aku sampainya jam 12 malam Ca. Kalo jam segitu kayaknya orang-orang udah pada tidur. Papa yang saranin menginap disini dulu daripada sendiri di apartemen. Habisnya kamu di telfon tidak diangkat. Jadi kutelfon Papa."

"Berarti dijemput Papa?" Abang menggeleng sementara tangannya kembali menarik perutku agar semakin mendekat.

"Gak. Baru ku telfon pas sudah naik taksi."

Aku berbalik menghadapnya sehingga kepala Abang tepat berada diantara leher dan dadaku. Tanganku terulur membelai kepalanya yang sedikit basah, bukti bahwa dia baru saja mandi di tengah malam ini. Dia bandel banget, sudah ku bilang jangan mandi malam.

"Kok gak bilang mau pulang? Bukannya besok malam?"

"Harusnya memang besok, tapi karena urusannya lebih cepat selesai, jadi aku lebih cepat pulang juga. Mau kasih suprise, eh ternyata pesawatnya delay. Sampainya jadi tengah malam."

"Suprisenya gimana?" Aku mau tau suprise apa yang akan dikasih Abang seandainya pesawat yang dia tumpangi tidak delay.

"Tell you if my sister in our apartment dan kamu gak ada disana dan dia marah karena kamu bukan ipar yang baik jadi kamu buru-buru kesana. Then, suprisee!!"

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant