Bab 19: Harisa mendengarkan penjelasan

12K 927 44
                                    

Lingerie mini satin yang hanya menutupi ujung paha dan setengah dada dengan tali spageti yang longgar, rambut ombre panjang berwarna ash grey yang menutupi punggung yang telanjang, gincu berwarna merah menyala, semprotan parfum di belakang telinga dan beberapa titik nadi lain, dan sepasang higheels yang menantang.

Aku mendesah sekali lagi. Ini bukan aku banget!!

Rasanya aku ingin membenturkan kepalaku di tembok. Melihat tampilanku di cermin, aku meringis geli. Sial, bukannya mirip Joanna, aku jadi lebih mirip tante-tante yang suka open BO. Abang bakal ketawa atau mungkin jijik liat aku begini.

Tapi lo udah melangkah sejauh ini Harisa!!

Aku menggigit bibir. Benar, aku udah melangkah sejauh ini. Aku gak boleh setengah-setengah. Kenapa gak sekalian nyemplung? Toh, kalau memang Abang tertarik sama aku, seharusnya dari dulu dia sentuh aku.

Ya, malam ini mungkin akan menjadi penentu hubunganku dengan Abang.

Aku menarik napas dengan panjang. Kalau Joanna bisa menarik hati Abang, aku juga seharusnya bisa. Aku istri sah nya. Aku punya hak sepenuhnya atas Abang. Aku bukan perebut lelaki orang. Mama Mia yang memaksa Abang menikahi ku. Aku cuma ingin menjaga milikku.

Dengan langkah pelan, aku keluar dari kamar. Abang berada di ruang kerjanya. Kami belum bicara sejak dia pulang. Aku mengucapkan doa sebelum membuka sedikit demi sedikit ruang kerjanya. Dia tidak sadar saat aku berjalan ke arahnya.

"Kak..." ucapku dengan jemari yang menyentuh bahunya dengan pelan.

"Kenap,-" Abang tersentak. Dia menatap aku seakan matanya akan keluar.

"You..."

Aku segera menaiki Abang dan duduk dengan kedua kaki terbuka lebar menghadapnya. Ku tarik lehernya pelan dan bibirku mulai menyatu dengan bibirnya. Pinggulku ku gerakkan agar sesuatu di bawah sana ikut merespon.

Sayangnya, Abang tidak berkutik. Tanganku mulai turun ke dadanya untuk membelai di sana. Abang menahan tanganku. Ia mendorongku dengan pelan. Wajahnya kaku dan rahangnya mengetat seakan aku adalah perempuan paling lancang.

Memang, aku perempuan lancang yang tidak tau diri. Aku mundur dan turun dari pangkuannya dengan hati-hati. Pandanganku mulai mengabur. Dia masih duduk di sana memandangiku dengan tajam.

"Kamu tahu apa yang kamu lakukan?" Aku menunduk dan tak mau melihat Abang. Abang menginjak harga diriku. Aku malu ditolak seperti ini.

"Ya."

"Kamu gak sepantas-,"

"Aku mau kita cerai."

Aku mengangkat kepalaku dan menatap Abang dengan berani. Abang menatapku dengan terkejut. Ia berdiri dengan tangan yang terkepal bertumpu pada meja. Abang mulai dikuasai amarah, terbukti dari matanya yang mulai memerah.

"Jangan konyol."

"Aku serius. Aku memang gak sepantasnya jadi istri Kakak kan? Kita menikah bukan karena cinta, tapi permintaan mama Kakak dan aku adalah pihak yang paling dirugikan disini. Makanya, aku mau kita cerai."

Abang mendesah lalu mengacak rambutnya dengan kasar. "What's wrong with you?"

"Kita gak saling cinta Kak. Apa yang mau kita pertahankan? Kakak bisa menikahi perempuan lain yang setara, yang menyenangkan Kakak, yang betul-betul Kakak cintai, bukan aku."

"Fuck off you and your insecurity!!" Dia berteriak marah. Kalo boleh jujur, aku sedikit takut dengan Abang. Ini pertama kalinya aku melihat dia marah.

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang