Bab 15: Harisa berlibur ke Nihi Sumba

10.9K 841 17
                                    

Hari ini adalah hari yang spesial buat aku dan Abang karena kami berdua sedang liburan di Nihi Sumba. Liburan ke Nihi Sumba ini sebagai ganti liburan kami yang batal karena pekerjaan Abang yang mendadak dulu.

Liburan kami ke Sumba sebenarnya atas saran Papa mertua sebelum Abang memegang tanggung jawab besar atas perusahannya. Yah, walaupun sebenarnya Abang sudah kerja disana. Selain itu, kami memilih Nihi Sumba sebagai destinasi liburan karena aku punya waktu libur dan Abang yang dikasi cuti yang panjang.

Rasanya senang sekali. Nihi Sumba selain punya pantai yang cantiknya level seratus, budayanya juga menakjubkan dan bikin geleng kepala.

Selama memasuki vila yang kami tempati, aku gak berhentinya tersenyum lebar melihat sekeliling. Vilanya luar biasa. Mulai dari interior bergaya semi modern, sampai dengan.. Oh astaga!! Private pool yang mengarah ke laut!! Ya ampun cantik banget!!!

Vila yang kami tempati benar-benar bikin aku harus berdecak kagum. Aku mengiranya vila ini sekelas vila yang biasa artis luar negeri tempati saat liburan di Bali. Aku sering liat mereka di instagram dan aku gak pernah berfikir juga bisa di tempat se luar biasa ini. Abang pasti mengeluarkan kocek yang cukup dalam hanya untuk menyewa vila.

Sadar akan hal itu, aku jadi meringis.

"Kakak pasti bayar mahal buat sewa tempat ini."

Abang tersenyum. Ia menyugar rambutnya karena terpaan angin. Dia menarikku mendekat dan merangkulku dari belakang. Aku sudah cukup sering pelukan dengan Abang, tapi dirangkul sambil menikmati pemandangan laut Nihi Sumba di atas balkon bukan hal biasa. Cukup bikin deg-degan, apalagi karena dia gak pernah berhenti mencium kepala belakangku.

Duh, kayak syuting film romantis aja.

"Gak juga. Lagian ini liburan pertama kita."

Tangannya yang semula merangkul leherku dari belakang, mulai terlepas dan menyusup diantara lengan dan pinggangku. "Suka gak?"

"Ya suka lah, bego banget kalo gak suka."

Abang terkekeh. Suaranya merdu semerdu gulungan ombak yang ada di depan kami. Pipiku entah kenapa jadi panas ketika membayangkan hal yang sama terjadi dengan beberapa novel romance ku baca. Dipeluk dari belakang, di pinggir pantai, bulan madu, ugh! bikin salah tingkah aja.

"Tau gak Kak, sekarang aku ngiranya kita kayak lagi syuting film romance tau."

"Oh ya?" Aku mengangguk. Abang menyelipkan rambutku ke telinga dari belakang dan menarik kepalaku agar bersandar di dadanya.

"Tapi dari semua aktor, gak ada yang seganteng aku."

Aku baru tau selain dia punya rayuan macam om-om cabul, dia juga narsis akut. Untung sayang, jadi semua yang ada pada dirinya kelihatan ganteng. Tapi memang dia ganteng  sih, no debat. Kalo boleh aku kasih rate, Abang ini dapat skor sembilan puluh dari seratus tipe ganteng ideal ala aku.

"Sok tau. Herjunot Ali yang paling ganteng."

"Herjunot Ali?"

"Iya. Dia gantengnya tumpah-tumpah."

Abang mendengus tidak terima, tangannya makin menarik aku lebih erat ke dalam pelukannya. "Kamu puji cowok lain di depan aku Ca? tega kamu."

Rutukan Abang terdengar menggelikan bagi aku. Aku ketawa sambil memegang tangannya yang melilit di pinggangku. Dia gak tau kalo aku selalu memuji dia dalam hati. Pokoknya Abang ini orang yang paling ganteng yang pernah aku liat seumur hidupku. Aku tau aku lebay, tapi itulah cinta. Kotoran manusia pun, kalo cinta, bisa disamain dengan coklat.

Tapi jujur, Abang itu gantengnya sedikit melebihi Herjunot Ali, aktor favoritku.

"Abang ganteng gak boleh marah."

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora