Bab 16: Harisa dan kejutan menyakitkan

9.7K 849 10
                                    

"Serius gak mau diantar ke bandara?"

Abang yang sekarang sudah tampak rapi menggunakan kemeja polo dipadukan celana jeans, topi hitam dan rolex di tangannya menggeleng. Abang menarik kopernya menuju pintu apartemen sambil mengandeng tanganku.

"Gak usah Hon, kamu masih harus bedrest." Aku memberengut. Hari ini Abang mesti ke Jakarta menemui papa mertua karena pekerjaan.

Ternyata menggantikan papa mertua mengelola usahanya di sini gak semudah dibayangkan. Masih ada hal yang harus melibatkan papa Alif dalam beberapa hal dan mengharuskan Abang bertemu papa nya secara langsung.

"Harusnya aku ikut."

"Nanti kalo Mba Rania lahiran kan, kita bisa ke sana. Lagian aku juga cuma dua hari."

Abang memegang dahiku, "tuh masih agak demam."

Aku memang sedang kurang sehat. Liburan keren kemarin harus dibayar dengan aku yang akhirnya tumbang. Hal ini karena sehabis liburan, aku harus mengerjakan semua laporan praktikum dan tugas-tugas yang keteteran beberapa hari ditambahan karena aku yang sempat hujan-hujanan saat di kampus kemarin.

"Udah mendingan Kak."

"Ya."

Ia melirik jam di tangannnya. "Penerbangan Kakak ada dua jam lagi. Kakak pergi ya?"

Aku mengangguk lalu meraih tangannya untuk dicium. Dia lalu meraih kepalaku dalam pelukannya. Oh iya, semenjak pulang dari Nihi Sumba, entah kenapa kadang Abang jadi ikut-ikutan memanggil dirinya dengan sebutan kakak, padahal dulu dia selalu menyebut dirinya dengan aku. Agak geli sih, tapi lucu dan gemas juga dengarnya. Mungkin karena dia terbiasa dengar aku yang memanggilnya kakak, jadi dia terbawa juga.

Abang melepaskan pelukannya lalu mengecup bibirku singkat. Tanganya menyusuri anak rambut yang ada di dahiku lalu menyingkirkannya. "Jangan telat makan, minum vitamin, tugasnya dicicil aja. Jangan kayak kemarin, jangan terlalu diforsir"

"Siap Abang," godaku. Dia hanya menatapku jengkel.

"Kalo ada apa-apa telfon."

"Oke." Abang mulai membuka pintu apartemen dan menarik kopernya keluar.

"Hati-hati, cepat pulang."

*****

Aku mendesah lega. Hal yang aku idamkan saat sedang kuliah sebentar lagi tergapai. Tinggal pesan ojek online, tunggu sebentar, lalu pulang dan rebahan di kasur dengan AC yang menyala.

Seharian ini badanku rasanya remuk banget, bawaannya lemas dan pengen rebahan. Ini pasti karena flu ku yang belum rada, juga efek hari pertama menstruasi.

Aku sudah meraih handphoneku dari tas untuk menghubungi ojek online, sesaat sebelum Kak Wahyu memanggilku dari ujung koridor kampus. "Bocil!!"

"Ya?" tanyaku saat melihat dia mulai berlari ke arahku. Rambutnya berterbangan saat lari menambah pesona cowok bermata agak sipit ini. Dulu, aku melihat dia seperti melihat Iqbaal Ramadhan versi lebih dewasa. Sekarang masih sama sih, tapi saat ini aku lebih terpikat dengan pesona Abang Rian yang bikin oleng. Kalo kata netizen, bikin rahim jadi anget.

"Dipanggil bu Netti. Kayaknya beliau mau bahas mengenai tentang tawaran magang itu."

"Di mana Kak?"

"Di ruangannya."

Aku mengangguk. Untuk saat ini, bayangan nikmatnya rebahan harus aku tunda dulu karena panggilan dosen lebih menarik. Kalo memang benar Ibu Netti menawarkan magang, hal itu bisa menjadi pencapaian yang baik di dunia perkuliahanlku.

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Kde žijí příběhy. Začni objevovat