Bab 14: Harisa menerima panggilan telepon

11.1K 912 24
                                    

"Halo, Kakak udah ada di mana?"

"Masih di jalan Ratulangi Ca, macet banget. Sabar ya." Aku mengangguk. Kira-kira sudah sekitar tiga puluh menit aku menunggu di halte depan kampus dan waktu sudah menunjukkan setengah enam sore.

Biasanya, tiap kuliahku selesai Abang sudah ada di depan kampus menunggu. Tapi hari ini dia sudah mulai bekerja di kantor papa mertua. Artinya, dia sudah tidak sebebas dulu untuk mengantar atau menjemput. Apalagi waktu kuliahku yang tidak tentu. Dia janji sebisa mungkin untuk antar atau jemput. Kalo tidak bisa, aku harus pakai ojek online yang Kredibilitasnya dijamin. Lebay banget.

Aku sempat menawari untuk naik motor lagi seperti waktu aku masih jomblo. Sayangnya dia menolak keras. Katanya aku bisa terbang dibawa angin kalo naik motor, apalagi kalau aku sendiri yang bawa.

Saat lagi asik-asiknya melihat kendaraan lalu-lalang, sebuah motor berhenti tepat di depanku.

"Halo Bocil, mau nebeng gak?" Aku tersenyum menatapnya lalu menggeleng pelan.

"Lagi nunggu jemputan Kak."

Kak wahyu terdiam beberapa saat sebelum dan mengangguk. "Ah, i see."

Kak Wahyu turun dari motornya dan ikut duduk di sampingku. "Aniway, beberapa hari lalu Bu Andar cari-cari info tentang kamu dan dia bilang perusahaan Kalbe Farma lagi buka perekrutan magang. Kuotanya terbatas sih, cuma dua orang. Bu Andar melirik kamu untuk itu. Katanya kamu jadi salah satu orang yang memenuhi kriteria perusahaan."

"Lumayan nambah pengalaman kan, dapat gaji, tempatnya juga di daerah sini." Sambungnya.

"Bu Andar belum ngomong apa-apa sih. Tapi kalo magang gitu ganggu mata kuliah lain gak sih Kak?"

"Kurang tau sih Cil, tapi harusnya pihak kampus udah punya kebijakan sendiri. Lagian jarang-jarang ada perusahaan yang menawarkan program internship begini ke univ, apalagi sekelas Kalbe. Kalo misalnya kamu beneran ditawari, kamu pikirin dulu deh. Ini kesempatan besar buat pengalaman kamu."

Aku mengangguk mengiyakan. Tidak berapa lama dari percakapan kami, mobil Abang sudah ada di hadapanku. Kak Wahyu seakan mengerti, ia beranjak kembali ke motornya.

"Aku duluan Cil." Aku membalasnya dengan anggukan dan senyum.

"Terima kasih Kak." Dia membalas dengan mengacungkan jempolnya.

Sebelum Kak Wahyu benar-benar pergi, aku melihat Abang menurunkan kaca kemudinya dan menyapa Kak Wahyu yang lewat di samping mobil. Kak Wahyu membalas dengan anggukan sopan dan senyum tipis.

Kak wahyu sudah menghilang, saatnya aku naik ke mobil.

"Itu yang dibilang Wahyu?"

Aku mengangguk lalu menarik tangannya untuk salim. Setelah salim, entah ada dorongan dari mana hingga ku cium singkat pipinya. Dia terlonjak kaget dengan ulahku, tapi dengan cepat menormalkan kembali wajahnya. Bukan cuma Abang yang kaget, aku juga kaget karena ulah ku yang nekat itu. Mungkin karena takut dia cemburu liat aku dan Kak Wahyu duduk bareng di halte, jadi aku main terobos aja.

"Maaf Kak. Itu, itu tadi.."

"Harusnya kamu cium disini." Abang menarik kepalaku lalu melumat bibirku beberapa detik. Setelah lepas, ku pukul dadanya pelan.

"Mesum." Dia tersenyum lalu mulai menjalankan mobil.

"Kamu yang mancing."

Aku mengendikkan bahu mengiyakan. Kalo ku balas, urusannya makin panjang. Dia bakal goda aku terus-terusan. Dia makin hari makin nunjukin sifat aslinya. Sering banget godain aku. Mana tambah mesum lagi. Hadeeh....

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora