Sosok pemuda kecil berparas bak malaikat yang tumbuh dengan baik di balik luka luka yang ia sembunyikan.
Memaksakan diri nya untuk tetap bertahan kala hidupnya menjadi taruhan.
Menyayangi adik adiknya meski terkadang ia disiksa, dihina, dan dicaci o...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tuhan, terima kasih banyak atas apapun yang sudah engkau berikan padaku, dan sekarang tolong jangan buat aku membencimu.
Huang Renjun
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
. . . . . .
"Karna hari ini adalah hari terakhir kalian ujian, besok akan diadakan perkumpulan wali murid. Kalian sudah tau kan?!" Tanya Pak Kim selaku wali kelas.
"Nee" jawab murid murid kompak.
"Ya sudah Bapak tinggal dulu, dan kalian boleh pulang."
Kriiiiiinngggg
Bel bunyi tepat saat mereka sudah di perboleh kan pulang oleh wali kelas nya. Murid murid berhamburan keluar tapi tidak dengan ketiga bersaudara itu. Yaa, Jeno, Jaemin dan Haechan. Mereka tampak saling pandang. Di masing masing tatapan menyirat kan sebuah pertanyaan. Dan setelah kelas sudah sepi baru mereka buka suara.
"Siapa yang akan datang?" Tanya Haechan terlebih dahulu.
Jeno dan Jaemin menggeleng. Pasalnya dulu jika ada acara seperti ini Baekhyun lah yang selalu datang. Namun sekarang, bahkan mungkin Baekhyun masih marah pada Jeno karena insiden kemarin. Jeno jadi merasa tidak enak sendiri nanti jika Baekhyun yang datang menjadi walinya dan juga adik adiknya.
"Bagaimana kalau Renjun hyung saja?" Usul Jaemin. Lagi pula Renjun kan sudah lulus dari sekolah tersebut ia rasa tidak ada salahnya jika Renjun yang datang menjadi walinya.
Haechan menatap Jaemin dengan tatapan yang tidak bisa di artikan sedangkan Jeno, ia nampak acuh pada usulannya.
"Ck, tidak adakah orang lain lagi selain orang gila itu?" Tanya Jeno sambil berdecak sebal. Mendengar nama Renjun saja telinganya serasa panas.