20. lie

7.9K 1.2K 24
                                    

20. Kebohongan

[Jangan lupa di vote y... Untuk bahasa penulisan surat aku udah ganti pakai tulisan biasa, soalnya pakai font lain, banyak pembaca yang ga bisa kebaca tulisannya. Buat yang kemaren ga bisa baca surat selina, buruan cek lagi yah, uda aku ganti tulisannya. Jangan di skip soalnya penting oke! ]

Kedua saksi yang dihadirkan oleh lucas telah memberikan saksinya kepada hakim istana. Bukti opium yang dipakai oleh lady Vera ditempat kejadian juga telah diberikan kepada hakim istana.

Vera berdiri di samping meja hakim sambil bergetar ketakutan, wajah mengkerut yang sekarang telah memucat itu terlihat sangat menghibur di mata selina.

Lady Vera sekarang sudah tidak dapat mengelak lebih jauh lagi dari ini.

Sebelum sidang kerajaan ditutup oleh hakim, Lucas ternyata mengaturkan hal yang lebih mengejutkan lagi.

Seorang lelaki yang bekerja diistana datang mendekati hakim istana sambil berbisik kecil. Hakim istana mengangguk kecil sambil mempersilahkan lucas dan kedua saksi yang dibawa olehnya untuk kembali ketempat duduk mereka.

Lucas akhirnya duduk kembali disamping selina sambil menaikkan satu sudut bibirnya.

"Kerja bagus." Selina tersenyum puas sambil mengangkat jempol tangannya kearah Lucas. Tentu saja itu dilakukannya dengan diam-diam sehingga hanya dapat dilihat oleh Lucas.

"Pertunjukan belum selesai Lady." Mata Lucas menuju kearah pintu depan ruangan sidang seolah sedang menunggu sesuatu.

Selina mendekatkan kepalanya kepundak Lucas sambil berbicara dengan nada rendah.

"Kau masih menyiapkan kejutan?" Lucas mengangguk pelan sambil menyipitan matanya hingga membentuk bulan sabit.

"Seperti perkataan lady, jangan terlalu cepat untuk puas. Karena itu saya menambahkan satu pertunjukan penutup lagi." Bisik lucas sambil memiringkan kepalanya kearah selina.

Tidak lama setelah itu, hakim istana kembali berbicara.

"Ada penambahan saksi mata dan laporan baru untuk Lady Vera." Hakim istana memberikan aba-aba untuk mempersilahkan saksi baru masuk keruangan.

Pintu depan ruangan terbuka. Segerombolan pelayan wanita berjalan masuk kedalam ruangan pengadilan.

Tempat itu kembali menjadi riuh karena para bangsawan yang berada di ruangan itu terkejut dengan penampilan para pelayan yang masuk kedalam ruangan pengadilan itu.

Beberapa bagian tubuh pelayan itu dibalut dengan perban. Salah seorang pelayan wanita yang bertubuh kecil yang berada diantara mereka, terlihat kesulitan berjalan dengan kedua kakinya, hingga dua orang rekan pelayannya memapah tubuhnya untuk membantunya berjalan. Semua pelayan itu memiliki satu kesamaan, yaitu tubuh mereka yang dipenuhi oleh memar dan luka. Hal itu membuat semua orang yang melihat mereka menyadari bahwa mereka adalah korban kekerasan.

Selina menggosok dagunya dengan jari telunjuknya sambil berpikir sejenak.

'Ah! Begitu rupanya.'

Selina memutar bola matanya untuk melihat kearah lucas yang duduk disebelahnya.

Lucas memasukkan tangan kanannya kedalam saku di dalam pakaiannya untuk mengeluarkan sesuatu. Mata selina mengikuti arah jari tangan panjang lucas yang mengeluarkan bulatan merah kecil, yang terlihat berkilau dari balik pakaiannya. Tangan besar lucas yang memegang bulatan merah itu, perlahan mendekati mulut selina. Selina membuka mulutnya secara tidak sadar, seperti anak burung yang diberi makan oleh induknya. Mulut kecil selina segera melahap bulatan merah yang dimasukkan kedalam mulutnya.

The villainess partner in crimeWhere stories live. Discover now