14. Underground

2.1K 135 14
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 21:00 Chayoung bisa mendengar perutnya yang berbunyi, ia memilih turun dari kamarnya menuju dapur. Membuka laci-laci untuk menemukan alat yang yang ia butuhkan kemudian menuju kulkas untuk mengambil bahan-bahan yang akan di olah.

Sangat hening di sana, ya walaupun rumah itu di penuhi anak buah Vincenzo tapi bagian sayap kanan hanya di isi oleh orang-orang terdekat Vincenzo.

Chayoung memperhatikan layar monitor yang menampilkan beberapa cctv bagian luar rumah. Ini adalah hari pertama Chayoung akan tidur sendiri di kamarnya, setelah tiga hari ia menginap di rumah sakit menemani Tae-Ri. Tidak, ia tidak mungkin takut untuk tidur sendiri, bahkan di Korea juga ia tinggal sendiri. Hanya saja memastikan orang-orang yang berjaga ada di tempatnya.

Chayoung menatap ramyon yang masih setengah matang di pancinya, memutar-mutarnya dengan sumpit berharap yang ia lakukan mempercepat matangnya ramyon itu.

“Apa itu cukup untuk kita berdua?” sebuah tangan melingkar di pinggang Chayoung.

Chayoung merasakan jantungnya merosot, ia sedikit kecewa dengan refleks nya. ia hanya terkejut dan lemas, bukan kah harusnya ia memberikan perlawanan?

Beberapa menit yang lalu tak ada orang di sana. Bagaimana jika bukan seseorang yang ia kenal. ia mulai menyadarinya, seorang Chayoung tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi keberuntungan berpihak padanya kali ini, itu Vincenzo.

“Tak cukupkah?” Tanya Vincenzo yang tak mendapatkan jawaban dari Chayoung “Sweetie?” Vincenzo membalik tubuh Chayoung untuk menghadapnya.

“Kau belum makan?” Chayoung berusaha tidak menatap suaminya, bukan karena merasa tak senang hanya saja air matanya akan menetes ia tidak mau memperlihatkannya.

“Eumm, aku belum makan dan sekarang aku melihat makanan ku” Vincenzo mengangkat tubuh mungil itu dan mendudukannya di meja makan “Kau merindukanku, aku tau” Vincenzo mengusap pipi bulat Chayoung, hal itu malah membuat Chayoung menangis.

Chayoung memeluk Vincenzo menenggelamkan wajahnya yang basah di bahu lelakinya. Vincenzo membalas pelukan itu sambil tersenyum, apa yang Chayoung lakukan saat ini seperti bisikan untuknya bahwa wanita itu sangat mencintainya.

“Ruam di kulitmu sudah mulai tak terlihat” Vincenzo melepaskan mereka

“Sejak kemarin, mereka memudar” Chayoung mengusap mata dan hidungnya yang berair

“Apa sudah semuanya? Aku mau memastikannya” Tangan Kiri Vincenzo berada di leher jenjang Chayoung, sedangkan tangan kanannya memegang betis wanita itu, mengikis jarak di antaranya dan menyatukan bibir ranum mereka, lumatan itu terlepas setelah perut Chayoung kembali berbunyi mereka sama-sama menatap ke asal suara.

“Aku tidak bisa melakukannya saat lapar” Chayoung mengecup bibir Vincenzo dan mendorongnya menjauh .

“YA! Lihat yang kau lakukan, ramyonku terlalu matang” Chayoung mematikan kompornya dengan cepat dan menatap Vincenzo dengan tajam.

“Apa itu salahku? Kau juga menikmatinya” Protes Vincenzo

“Kau yang memulainya”

“Kau yang terbawa suasana”

“Kau.... Aish” Chayoung kesal tapi ia menyetujui itu

“Sepertinya perutku kenyang sekarang, aku akan membersihkan diri” Vincenzo meninggalkan Chayoung yang masih memanyunkan bibirnya

🌼🌼🌼

“Kau sangat suka memakai pakaian seperti itu dan berkeliling rumah?” Chayoung menghentikan langkah seseorang

VINCENZO 2 | [BY YOUR SIDE] | ENDWhere stories live. Discover now