9. Renjun & Felix.

3.2K 588 28
                                    


Perhatian!
Cerita ini hanya fiktif belaka. Tidak ada dikejadian nyata. apabila terjadi kesalahan dalam pengetikkan cerita harap dimaklumkan. Selamat membaca.

⌜ Read this ! ⌟
Jaemin - dom, top, seme
Jeno - sub, botty, uke


Character akan bertambah setiap chapter. ini book saya tentang jaemjen, jika anda tidak suka silahkan buat cerita sendiri dengan alur cerita yang anda mau.












⚕️

[ Let's read while listening to the song: ]

Reckless - Madison beer

Lee Felix, pemuda berdarah Australia itu berlari terburu-buru melewati koridor kamar asrama. Ya, ia ditelpon Jaemin dititipkan untuk menjaga Jeno hingga urusan Jaemin selesai. Alasan kenapa Felix terburu-buru? Jeno itu masih satu circle, ingat saat dua pemuda yang diangkut Eric karena mabuk? salah satunya adalah Felix. Felix jarang ikut berkumpul, selain kuliah ia juga mengikuti Taekwondo.

"Ha... YaTuhan capek sekali." Felix berhenti berlari saat sampai didepan pintu kamar Jeno, ia tidak naik lift. Ingat? ia terburu-buru hingga tidak naik lift. Felix langsung menuju ketangga darurat untuk ke lantai 13.

Felix masih menetralkan nafasnya untuk kembali normal. Setelah itu ia membuka pintu asrama dan masuk kedalam kamar Jeno. Jaemin sudah memberi intruksi yang sama seperti Hyunjin. Felix mengecek suhu tubuh Jeno, masih panas jika menurut Felix sendiri.

Felix mengambil termometer bekas mengecek suhu tubuh Jeno kemarin malam yang diletakkan dinakas sebelah mangkuk kompres Jeno. Felix menyelipkan termometer itu pada ketiak Jeno, Jeno yang tengah tertidur merasa terusik. Ia membuka matanya lalu menyipit, "Ada apa Felix kau kesini?" Jeno bertanya dengan suara serak bercampur sehabis nangis. Ia berusaha duduk bersandar pada dinding yang telah diberi bantal.

Kepala Jeno terasa mau pecah, dan tubuhnya serasa seperti melayang-layang. "Kau butuh air putih Jeno?" Tanya Felix basa-basi. Felix ini, sudah pasti Jeno membutuhkannya kenapa mesti bertanya?

"Eum, kerongkonganku terasa kering sekali." Jeno menjawab sambil memejam mata dan kepalanya mengarah keatas langit-langit kamarnya. Jeno meringis kecil saat perut yang bergerak kekiri untuk mengambil ponsel. Ah mungkin membengkak karena tidak dikompres kemarin.

Felix kembali dengan membawa segelas air putih dan bubur yang tadi Hyunjin belikan. Ia tahu Jeno belum makan sedari pagi, dan sekarang sudah pukul setengah sebelas siang.
"Ini, makanlah buburnya. Aku tahu kau belum makan sedikitpun. Jika kau menolak makan aku akan menendang adikmu itu." Jeno tertawa kecil, tidak bisa tertawa lepas. Itu membuat perutnya sakit.

"Mentang-mentang kau Taekwondo, seenaknya saja menendang masa depanku. Jika rusak apa kau mau bertanggung jawab?" Jeno menjawab lalu melempar pertanyaan lagi sambil terkekeh, lalu menggeleng kepala tidak habis pikir. Felix, Felix. Absurd sekali.

"Oh ya, bubur ini kau yang membawanya untukku?" Belum Felix menjawab pertanyaannya perihal alat vital tadi, kini ia bertanya kembali.

"Tidak, aku melihatnya dimeja dapur. Lalu aku menghangatkannya sebentar, takutnya sudah tidak enak." Felix menjawab sambil bermain dengan ponsel pintar miliknya. Jeno hanya mengangguk-angguk tanpa memperdulikan hal tersebut. Jika gratis dan tidak diberi sesuatu yang aneh-aneh, Jeno no problem tentang itu.

HOMOPHOBIC - JAEMJENOù les histoires vivent. Découvrez maintenant