17. Goodbye.

2.9K 479 48
                                    

📜

Kenangan dibuat untuk dikenang.

———

♪ My Everything — NCT U ♪

🎴

“Ck! Gara-gara si Jeno ini! Akh! Menyebalkan!” Gerutu Renjun marah. Ketika hendak berbalik, tubuhnya menabrak seorang laki-laki yang lebih tunggi darinya. Lelaki itu meminta maaf karena tidak sengaja menabrak Renjun.

Renjun diam, terpesona oleh paras tampan dari si pemilik kulit eksotis Tan itu. Lelaki itu terheran lalu mengadahkan tangannya tepat didepan wajah Renjun. Renjun tersadar, ia menatap ke sembarangan arah. Lelaki itu tertawa karena melihat betapa lucunya Renjun.

“Kau baik-baik saja?” Tanya lelaki itu.

“A-ah iya aku baik. Maaf tidak melihat-lihat dulu tadi.” Jawab Renjun tidak enak hati.

“Hahaha, tidak masalah. Lagian bukan suatu masalah besar jika menabrak seseorang tanpa disengaja.” Renjun mengangguk menyetujui perkataan lelaki itu.

“Kau.. kau mau ikut denganku?” Tanya lelaki itu takut-takut. Ia takut kalau Renjun malah mengira dirinya seorang penjahat, karena belum kenal sudah mengajukan sebuah ajakkan secara mendadak. Kedua alis Renjun bertaut bingung.

“Ikut denganmu? Kemana?” Tanya Renjun.

“Ikut saja ayo!” lelaki itu menarik lengan Renjun tanpa persetujuan dirinya. Mereka keluar dari area bermain sepatu roda, Renjun tidak tahu lelaki ini akan membawanya kemana. Ia bahkan pasrah saja ketika tangannya ditarik oleh lelaki itu. Aneh rasanya bagi Renjun. Biasanya ia akan langsung menolak.

Sampai tiba mereka berdua disebuah Cafe yang menggunakan konsep kayu jati. Cafe ini lumayan ramai pengunjung karena lelaki itu biasanya akan selalu mampir kesini hanya untuk sekedar menyesap kopi favoritnya. Menarik lengan Renjun yang ia seret sedari tadi menuju meja kosong yang berada diujung. Setelah duduk Haechan memanggil pelayan untuk memesan pesanan mereka.

“Sebelumnya perkenalkan, Aku Lee Haechan. Aku perantau dari sebrang lautan sana, namamu siapa? Tidak enak rasanya mengobrol tapi tidak mengenal nama masing-masing, bukan?” Ujarnya diselingi basa-basi. Ia bukan orang yang pandai mencari topik pembicaraan, tetapi ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat lawan bicaranya nyaman.

“Aku Huang Renjun. Sepertinya kau orang yang baik, dan asik. Menurutku saja sebenarnya.”

“Jangan terlalu cepat menaruh sebuah kepercayaan pada orang dengan cepat, Renjun-ah. Hmmm, omong-omong berapa usiamu? Takutnya kau lebih tua dariku.” Lagi-lagi kalimat Haechan ada benarnya. Laki-laki berkulit Tan ini selalu bisa membuatnya bungkam, dan seolah kehilangan kata-kata untuk membalasnya.

“Aku 19 tahun. Kau sendiri?”

“Kita sama. Kalau begitu berarti kau sudah kuliah?”

“Ya, sudah.” Tidak ada percakapan lagi di antara keduanya. Pesanan mereka sudah sampai, masih merenung mencari topik pembicaraan.
“Kenapa tadi kau sendirian bermain sepatu roda?” Haechan bertanya, namun matanya masih fokus pada minumannya. Menunggu Renjun menjawab pertanyaan yang ia lontarkan barusan.

“Tadinya aku bersama sahabatku. Tapi dia pulang lebih dulu karena ada urusan pribadi.” Jawab Renjun, nada bicaranya cenderung datar. Haechan jadi merasa tidak enak hati karena terlalu mengikut campuri urusan orang lain. Ditambah lagi mereka belum mengenal lebih dalam satu sama lainnya.

“Aduh, aku jadi tidak enak.”

“Tidak apa, santai.”
















HOMOPHOBIC - JAEMJENWhere stories live. Discover now