8. Mengikat Waktu

999 251 21
                                    

Satu hal yang tak diinginkan Raka terjadi kepada Violet adalah mengetahui bahwa hubungan kedua orang tua gadis kecil itu tengah berada di masa suram. Seberusaha mungkin ia mencoba menciptakan suasana nyaman untuk Violet, tak peduli rumah tangga ini sudah benar-benar kacau. Bahkan hampir di ujung tanduk.

Setiap malam Raka akan menemani Violet di kamarnya untuk belajar ataupun bermain. Ia kerap mendongengkan banyak cerita untuk membuat sang putri cepat tidur, lalu bermimpi indah, dan seolah tak pernah melihat lagi keributan antara mama dan papanya.

Malam ini masih sama, Violet bermain lilin mainannya yang berwarna-warni itu. Raka ikut memperhatikannya, bagaimana gadis kecil itu menjelaskan apa yang tengah ia buat.

"Yang ini kupu-kupu untuk papa." Violet menyerahkan lilin mainan biru yang sudah ia bentuk seperti kupu-kupu. Walau tak sepenuhnya bagus.

Raka menerimanya dan menjadi gemas sendiri melihat Violet bercerita tentang hewan favoritnya itu.

"Papa, buatin bentuk kucing." Lalu sang putri memintanya untuk membuat bentuk hewan lainnya.

Raka tak tahu bagaimana detailnya, tapi demi Violet ia segera membuatkannya. Ia juga menjelaskan bagian-bagian dari hewan tersebut seperti telinga, kumis, ataupun matanya. Raka tak yakin dengan lilin kucingnya yang tampak kacau ini.

"Yang papa jelek."

"Papa nggak bisa bikin kucing, Vio."

"Lihat yang punya Vio."

Violet segera beranjak turun dari kasurnya, lalu mengambil sesuatu dari dalam ranselnya di dekat meja belajar. Ia membawa sesuatu di genggaman tangannya, membuat Raka lantas penasaran apa yang disembunyikannya itu.

"Ini punya Vio!" Violet memekik dan menunjukkan clay mainannya yang sempat ia buat di tempat kursus kemarin.

Raka lantas terpaku melihat clay buatannya itu. Sang putri memberikan kreasinya itu kepada sang papa, membuat Raka semakin fokus untuk mengamati detailnya.

Lantas ia tersenyum, "Kucing Vio bagus."

"Miss Nora yang buatinnya," kekeh Violet.

Senyum itu memudar, Raka memuculkan rasa penasaran di dalam matanya, "Miss Nora?" tanyanya.

Gadis kecilnya mengangguk, "Miss Nora yang buatin telinga sama mulutnya. Cantik, 'kan papa?"

Sang papa tak bersuara, Raka hanya mengangguk. Nama itu kembali menggema di dalam pikirannya. Membentur ke dalam ingatan paling lalu yang sejak dulu telah ia lupakan.

"Violet?" panggil Raka, "Miss Nora... orangnya gimana waktu sama Violet?"

"Baik."

"Baik?"

"Miss Nora bilang nama Vio itu artinya warna ungu."

Violet terus sibuk dengan lilin mainannya, meninggalkan Raka dengan banyak rasa penasaran dan lagi-lagi ia ingin membukanya lebih dalam.

"Papa, buatin kupu-kupu lagi." Kali ini Violet menyerahkan lilin mainannya yang berwarna ungu kepada Raka.

Lilin itu Raka terima dan mulai menguleninya membentuk hewan sesuai permintaan putrinya. Violet terus menunggu dengan sabar, hingga sepuluh detik berlalu, Raka telah membentuknya menjadi kupu-kupu sesuai permintaannya.

"Oke, sekarang kita udahan dulu mainnya. Waktunya tidur, Vio."

"Yaah.. papa.. nanti aja."

"Vio, nggak boleh."

Waktu bermain mereka untuk malam ini berakhir dengan cepat. Raka telah menyudahinya duluan di pukul delapan kurang. Dan Violet pun langsung menolak, tapi sekali lagi sang papa menyuruhnya untuk selesai.

butterfly disaster Where stories live. Discover now