25. Malam Mengerikan

1.2K 187 33
                                    

Seminyak, Bali. Pukul tiga sore.

Raut wajahnya dan resah yang ia simpan. Iris punya prinsip untuk hidup sesuai dengan rencana yang telah ia susun. Semuanya harus tertata rapi dan tak boleh satupun yang mengganggunya. Semuanya harus berjalan dengan baik, tapi semua itu juga harus kacau selama setahun ini.

Pernikahannya membawa bencana untuk karirnya. Iris hanya merasakan manisnya setelah Violet lahir ke dunia, tapi setelah putri pertamanya itu berumur lima tahun, badai seolah datang padanya.

Hari ini di Seminyak, Bali. Pagelaran fesyen dari brand lokal tahunan akan diadakan. Acara dimajukan empat hari dari jadwal yang ditentukan, membuat beberapa para pemilik brand terkejut akan jadwal baru tersebut. Iris salah satunya, ia bukan terkejut karena tak siap untuk tampil, melainkan satu hal.

Rumor

Rumor rumah tangganya menyebar cepat di kalangan para desainer, model, maupun pelanggannya sendiri. Desas-desus itu terdengar semakin kencang ketika ia sudah tiba di Bali sejak kemarin.

"Udah dikasih suami yang baik tapi dia milih selingkuh."

"Emang selingkuh sama siapa sih?"

"Itu yang orang tuanya punya lahan sawit di Kalimantan. Terus anaknya ini yang ngurus perusahaan asuransi. Si Erlo kalo gak salah."

"Padahal Raka juga nggak kalah. Kita nggak tahu aja dia di belakang kayak gimana."

Fokus Iris lebih banyak kacau selama seharian ini. Ia lebih memilih asistennya untuk mengurus busana para model untuk ditampilkan sedangkan ia sendiri beberapa kali ditemukan tengah melamun.

Hari ini acara tersebut tiba. Dalam tiga puluh menit Iris harus benar-benar fokus pada penampilan para modelnya dan tidak membiarkan sedikitpun dirinya terusik.

"Mbak Iris, saya udah nyiapin beberapa aksesorisnya. Anting bulat sama kalung biru barusan nyampe dari Jakarta tadi." Salah satu asistennya yang bernama Deana itu datang membawakan kotak hitam padanya.

Iris tengah mengurus pakaian modelnya saat itu, lalu ia berpaling dan merasa bingung dari kiriman Deana itu.

"Aksesoris dari Jakarta?? Bukannya kita udah punya semua?"

"Hmmm... sebenarnya ini kiriman buat model Teresia."

DEG!

Satu lagi yang sangat ingin Iris hindari selain rumor-rumor itu. Perempuan yang tengah duduk di depan meja rias dengan kimono putih terbuka, tengah mengobrol manis bersama hair stylist di belakangnya.

Tak ada pilihan untuk mundur, maka Iris harus menemuinya karena ia harus profesional.

"Deana, kiriman anting sama kalung aku udah nyampe, kan?"

Mata perempuan itu menoleh segera di cermin depannya. Melihat ada Iris yang terpaku di tempatnya sambil membawa kotak kirimannya tersebut. Teresia, ia tersenyum singgung menyambut sang pemilik brand.

Bertepatan itu, hair stylistnya segera pamit setelah menata rambutnya. Kini hanya Iris dan Teresia yang tengah berhadapan setelah sekian lama tak berjumpa.

"Hai," Teresia menyapa duluan. Iris tersenyum tipis dan membalas dengan ucapan yang sama.

"Gimana kabar kamu?" tanya Iris lebih dulu.

"Huftt... baik, tapi sebenarnya capek. Kamu tahu 'kan, aku rela pulang dari Milan cuman demi kesuksesan karir Blue Iris di Bali," jawab Teresia sambil membuang mukanya dari Iris.

"Oh ya, kotak itu..."

"Ini.."

Kotak hitam tersebut diserahkan Iris segera di atas meja rias itu. Teresia membukanya dan berjajarlah banyak pilihan anting dengan bentuk dan warna yang berbeda.

butterfly disaster Where stories live. Discover now