44. Kupu-Kupu Lainnya Telah Lahir

445 60 1
                                    

Azka baru saja menyelesaikan pekerjaannya tepat pada pukul sembilan malam. Rapat dadakan diadakan karena ada satu masalah yang nyaris menyerang internal perusahaan. Total tiga jam ia harus berkutat menghadapi masalah tersebut.

Selama rapat berjalan suasana hati Azka benar-benar harus ditekan. Ia nyaris marah akan adanya masalah ini, terbukti dari beberapa kali ia mengeluarkan suara lantangnya memberitahu beberapa karyawannya yang lengah terhadap apa yang terjadi. Azka menahan dirinya sekuat mungkin untuk terus sabar dan tidak kambuh di saat itu juga.

Akhirnya pukul sepuluh malam ia pun bisa kembali ke apartemennya untuk beristirahat. Azka melemparkan jasnya dengan asal, menggulung lengan kemejanya, dan membuka pintu kulkasnya secara kasar. Ia menuangkan air dingin di salah satu gelas.

Satu tangannya membuka laci meja bar itu dan terlihat sebotol kecil pil yang selalu ia simpan di sana. Terakhir Azka mengkonsumsinya sekitar dua minggu yang lalu. Pil itu adalah obat penenangnya apabila ia diserang panik dan susah mengontrolnya.

Azka dilanda ragu melihat botol tersebut. Dua minggu adalah rekor untuknya menahan diri mengkonsumsi obat itu. Satu pil kecil yang mematikan dan membuatnya candu. Ia mengkonsumsinya tetap dalam pengawasan dokter, namun beberapa kali Azka sering mengkonsumsinya lebih dari jadwalnya.

Sadar akan bahayanya obat ini, tapi tetap saja itu tak menghentikannya. Dan malam ini ia kembali mengkonsumsinya. Selesai meneguk obat tersebut, napas Azka menjadi naik turun. Ada perasaan cemas yang timbul di dalam dirinya.

Azka pun merogoh ponselnya dan menghidupkannya yang sempat mati total tadi. Tak ada notifikasi penting di sana selain beberapa email yang masuk dari perusahaan. Namun matanya berhenti bergilir ketika melihat ada satu panggilan tak terjawab.

Satu panggilan tak terjawab dari Helena.

Langsung saja ia menelepon balik panggilan tak terbalas itu. Panggilan pertama tak dijawab, panggilan kedua akhirnya diangkat oleh seberang sana.

"Halo Az-Pak?"

"Sorry, tadi lagi ada urusan. Kenapa, Hel?"

"Aahh... maaf- tadi pengen chat bapak, tapi gak sengaja kepencet telepon."

"Azka aja."

"Ah iya, sebenarnya aku mau ngajak kamu, Az, Minggu ini adik saya ulang tahun- sebenarnya cuman acara makan-makan keluarga aja, tapi papa nyuruh ngundang kamu juga. Kamu bisa?"

"Sure, aku bisa. Akhir minggu aku selalu off."

"Oke. Nanti aku share loc alamat rumahnya."

"Aku hapal alamat rumah kamu."

"Oke. Ditunggu ya. Malam, Az."

Undangan acara makan di rumah Helena. Azka langsung menerima ajakan itu tanpa babibu. Setidaknya akhir minggu ini, ia tak akan berakhir di lapangan golf lagi. Rumah gadis itu selalu membawa aura yang baik untuknya.

Omong-omong minggu lalu, mereka baru saja bertukar nomor telepon setelah Azka mengajak Helena makan malam bersama di salah satu restoran Cina pinggir jalan. Makan malam yang sederhana namun sangat berkesan.

_____________

Sesuai janji yang dibuat, akhir minggu ini Azka benar-benar mengkosongkan semua jadwalnya. Dari golf, makan malam, latte art class, semua ia kosongkan demi menyiapkan waktu terbaik untuk seseorang.

Acaranya di sore hari. Azka datang dengan pakaian kasual sederhana berupa celana jins biru dan kaos putih. Begitu sampai di rumah, ia langsung disambut oleh Papa Helena yang tak sengaja sedang merapikan beberapa sandal tamu tak jauh dari pintu masuk.

butterfly disaster Where stories live. Discover now