38.Titik terendah

2.5K 193 0
                                    

“Ya, Aku sudah dewasa.
Menjadi dewasa tak selalu baik”
-Akira Ofelia-

Happy Reading^^
Salam toleransi:)

**

Malam kejadian...

Motor ninja 250R milik Byan membelah jalanan ibukota yang cukup sepi dengan kecepatan tinggi. Motor itu meliuk-liuk seperti kehilangan kendali menghindari beberapa kendaraan lain yang menghalangi jalannya.

Byan dalam keadaan mabuk, mood pria itu sedang buruk. Ia tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Ucapan sang ayah terus menggema di telinganya, membuat ia semakin kehilangan kendali.

Byan menambah kecepatan motornya hingga penuh, melesat melewati jalanan ibukota malam itu. Saat di persimpangan jalan,

Brakkk...

Sebuah truk kontainer menabrak motor Byan dari arah samping. Motor pria itu terpelanting jauh sedangkan tubuh Byan terbanting ke aspal. Dan truk tersebut menabrak tiang listrik yang tak jauh dari tempat kejadian.

Darah mengucur deras dari kepalanya. Byan membuka matanya melihat sekelilingnya dengan pandangan kabur. Tubuhnya mati rasa. Byan dapat melihat beberapa orang menghampirinya, sebelum semuanya gelap.

**

Setelah memakai pakaiannya. Aksa dengan cepat mengambil jaket serta kunci motornya. Pria itu lalu berjalan cepat, keluar dari rumahnya.

"Hati-hati ya, Sa. Kabarin Gue kalo ada apa-apa" Ucap Akira yang sedang  berada di ambang pintu.

Aksa mengangguk lalu mengelus pucuk kepala Akira.

Cup.

Aksa mengecup dahi Akira dalam, gadis itu memejamkan matanya merasakan kecupan hangat pria itu.

"Pulang. Selesaikan masalah Lo, jangan pernah lari dari kenyataan." Ucap Aksa setelah melepaskan ciumannya.

Akira tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. Aksa lalu melangkah menjauh. Mengambil motornya lalu melajukannya, meninggalkan pekarangan rumahnya.

Akira menghela nafas berat. Aksa berucap seolah-olah ia sudah menyelesaikan masalahnya sendiri. Memang benar, jika seseorang yang suka memberi solusi, justru masalah merekalah yang paling berat.

Gadis itu menutup pintu rumah Aksa setelah mengambil baju dan paper bag yang Aksa berikan. Akira lalu melangkah pergi dari rumah Aksa setelah menutup pintunya.

**

Akira POV
Aku memasuki rumahku. Perasaan yang sungguh berbeda dengan biasanya. Dulu, setiap memasuki rumah ini aku selalu merasa nyaman. Tapi sekarang semuanya berbanding terbalik. Aku merasa seperti memasuki sebuah jurang gelap tanpa ujung, dan itu membuat dadaku sesak.

Sepi. Hal pertama yang Aku rasakan. Aku tak melihat Ayah, Bunda, Bahkan Bang Prisma. Aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku. Aku melirik sekilas ke arah dapur, tidak ada Bunda disana. Aku meneguk ludahku susah payah untuk menahan tangisku.

Aku memasuki kamarku, melihat sekeliling. Foto-foto dimana saat Aku, Bunda dan Bang Prisma mengikuti perjalanan bisnis Ayah.

Dulu, saat Aku dan Bang Prisma masih kecil, kita selalu ikut jika Ayah melakukan berjalan bisnis. Namun, semakin lama, saat kita sudah beranjak dewasa semua berbeda. Aku dan Bang Prisma terikat oleh pendidikan. Jadi, tak mungkin jika Aku terus mengikuti Ayah yang berpindah-pindah tempat.

AKSARAJASA [✓]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora