EXTRA CHAPTER 2

6.1K 325 32
                                    

"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya"
(QS: Yassin 40)

Happy Reading^^
Salam Toleransi:)

**

Akira POV
Kami duduk berdua di sebuah cafe outdoor yang cukup dekat dari rumah sakit, setelah kurang lebih empat tahun tidak bertemu membuat kami berdua sedikit canggung satu sama lain.

"Bukanya Lo tinggal di Swiss ya?" Tanyaku sambil menyesap secangkir kopi.

"Ayah Ammara meninggal beberapa hari lalu" Jawab Aksa.

Uhuk.. uhuk..

"Emm.. sorry ya, gue gak tau" Ucapku. Aku sampai tersedak karena terlalu terkejut.

"Gapapa kok" Ucap Aksa sambil menyodorkan sapu tangan miliknya.
"Lo pindah ke Bandung ya?"

"Iya, tau dari mana?"Ucapku singkat, sambil mengelap ujung bibirku.

Aksa hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Lo kayak bukan Akira yang dulu ya,"

"Kenapa? Makin cantik ya?" Ucapku sambil tersenyum manis pada Aksa.

Pria itu terkekeh kecil sambil menyesap kopinya.

"Akira yang dulu udah mati Sa, Gue yang bunuh" Tutur ku sambil mengalihkan pandangan ku dari Aksa, menatap jalan raya.

"Gak nyangka ya, Lo bisa jadi wanita karier yang sukses." Pria itu menghela nafas panjang lalu tersenyum tipis " Gue bangga sama Lo"

Aku ikut tersenyum tipis lalu menoleh ke arah Aksa. Menghela nafas berat, tak menyangka jika yang berada di hadapanku adalah Aksa.

"Iya lah, gini-gini Gue punya Ambisi juga kali!" Ucapku sambil kembali menyesap kopi.

"Ambisi untuk?"

"Dapetin Lo lagi!"

Aksa menatapku bingung, pria itu mengangkat kedua alisnya seolah bertanya-tanya apa yang kukatakan.

"Becanda Sa,!!" Jelasku, ekspresi wajah Aksa berubah seketika.

Kami terkekeh kecil, Aku menatap Aksa dalam, pria itu berubah. Jika dulu kami lebih mendahulukan emosi, sekarang berbeda. Mungkin, karena kami sudah dewasa.

"Ra?"

Aku menoleh kearah Aksa.

"Hm?"

"Lo bahagia?"

Aku diam- mencoba mencerna ucapan yang keluar dari mulutnya. Aku menarik kedua ujung bibirku, tersenyum tipis kearahnya lalu menggangguk singkat.

Aksa ikut tersenyum.

"Ra, gue boleh meluk Lo?"

Dengan ragu aku mengangguk. Lalu detik berikutnya Aksa berdiri dan menarik ku kedalam dekapannya.

Aku- tak bisa berkata. Lidahku keluh, air mataku mengalir tanpa bisa ku bendung lagi. Bolehkah aku jujur? Aku sangat merindukannya!!

Beberapa detik kemudian Aksa melepaskan pelukannya.

"Makasih" Ucapnya.

"Buat?"

"Udah pernah ada di hidup Gue"

Aku tersenyum menanggapi ucapan Aksa, lidahku terasa kaku.

"Gue harap, Lo nemuin Cowok yang lebih baik dari Gue, lebih bisa bahagiain Lo dari Gue, dan pastinya yang seiman"

Aku terkekeh kecil.

"Lo juga harus bahagia ya, semoga Arika cepet punya Adek"

"Kita berdua pernah bahagia kan Ra?" Tutur Aksa "Gue mohon, kenang yang itu aja ya?"

Aku mengangguk lalu kami berdua tersenyum tipis.

**

Titik mencintai tertinggi adalah mengikhlaskan bukan?

Tapi- aku tidak percaya dengan kata ikhlas, pada dasarnya itu bukan ikhlas melainkan terpaksa lalu terbiasa. Aku pernah pada titik sangat-sangat ingin memilikinya. Tapi, pernah bukan berarti selamanya kan?

Aku sudah merelakan cinta pertamaku, kuharap Aksa pun sama. Biarlah itu akan menjadi kenangan indah kami. Mungkin indah bila kita hanya mengingat masa bahagianya saja.

Aksa dan Akira hanyalah sebuah kisah dua remaja labil, yang belum mengerti arti cinta. Anggap saja begitu.

Aksa dan Akira dipertemukan karena Perasaan, dan dipisahkan karena Keyakinan.

Kami berdua punya cinta, tapi agama kami punya norma.


**

Hai!!!

Makasih ya, buat yang udah baca ini Sampek end. Lopyou<3

Tunggu cerita aku selanjutnya!!!

Jangan lupa vote dan ramaikan kolom komentar okee!!

AKSARAJASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang