44.Broken home:')

2.5K 196 0
                                    

“Meski tak melepaskannya, Aku juga tak bisa menahannya”
-Akira Ofelia-

Happy Reading^^
Salam toleransi:)

**

Aksa POV
"Arggghhh!" Aku mengacak-acak rambutku. Gila memang. Dengan seenaknya gadis itu mengakhiri semuanya.

Damn it!. Seandainya aku bisa melenyapkan orang yang menghalangi jalanku bersama Akira. Seandainya saja. Tapi ini berbeda. Tuhan yang menghalangi jalan kita berdua. Jika berpisah adalah jalan terbaik, maka akan ku rusak jalan itu.

Kepalaku terasa pening karena pengaruh alkohol yang mulai menguasai diriku. Pandangan mataku mulai kabur, tapi itu membuat adrenalin dalam diriku memuncak. Bayangan wajahnya tercetak jelas dalam benakku. Air mata sialan itu, berani-beraninya membasahi pipi gadisku. Namun, aku mengingat bahwa semua itu karena ku.

Drtttt... Drtttt...

Aku merogoh saku celanaku untuk mengambil ponsel itu.

+62818976**** is calling.....

Aku menggeser tombol hijau di layar ponselku meskipun tidak tau pasti siapa yang menelpon ku.

"Ayah menunggumu di mansion, kita akan membicarakan kepastian pernikahanmu"

Tut...

Panggilan dimatikan sepihak. Persetan! Dengan semuanya. Aku meremas ponsel yang berada di genggaman tanganku lalu melemparkannya hingga mengenai botol wine, membuatnya jatuh dan tumpah ruah di atas lantai.

Perkataan Akira menggema di telingaku.

"Lakuin itu demi Gue Sa!,"

Aku mengusap wajahku gusar sebelum menyambar kunci motor serta jaketku dan melangkah keluar. Aku akan menyelesaikan semuanya sesuai kemauan Akira. Kalo memang ini yang dia mau, maka aku akan menurutinya, sialan! Semuanya menjadi kacau karena pria gila itu, beraninya dia menghamili wanita yang belum jadi miliknya. Jika saja Tuhan tak mengambilnya lebih dulu mungkin aku yang akan melenyapkannya, dan mengantarnya pada Tuhan.

**

Akira POV
Aku duduk di ujung ranjang dengan menatap kosong jendela di depanku, jujur saja, aku berharap Aksa datang ke kamarku, mengetuk jendela itu dan memelukku erat, lalu memperbaiki semuanya, dan kita akan kembali bersama seperti tak terjadi apa-apa, lalu kembali melupakan perbedaan kita. Seperti sebelum-sebelumnya.

Aku menundukkan kepalaku, mengingat semua masalah yang perlahan-lahan menghampiriku seolah tak ada habis-habisnya. Air mataku mengalir membasahi pipiku, dadaku terasa sesak. Aku mencengkeram erat seprai kasurku seolah menyalurkan rasa sakit itu.

"AKIRA??!!"

Teriak seorang dari arah bawah. Oh, aku mengenal suara itu. Itu— ayah. Aku mengusap air mataku cepat lalu melangkah setengah berlari ke arah bawah.

Aku sedikit bahagia karena ayah mengingatku dan menyempatkan diri untuk mengunjungiku. Mungkin, dia tau bahwa Bunda sedang sakit. Ataukah? Sebenarnya ayah masih sangat mencintai Bunda? Aku berlari cepat menuruni tangga. Ayah berdiri di ruang tamu sambil menenteng paper bag di tangan kanannya.

AKSARAJASA [✓]Where stories live. Discover now