43.I love you but...

2.6K 213 4
                                    

Jangan datang lagi cintaBagaimana aku bisa lupaPadahal kau tau keadaannyaKau bukanlah untukkuJangan lagi rindu cintaKu tak mau ada yang terlukaBahagiakan dia aku tak apaBiar aku yang pura-pura lupa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tau keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura-pura lupa

Song Lyrics: pura-pura lupa
-Mahen-

Happy Reading^^
Salam toleransi:)

**

Akira POV
Sudah sekitar setengah jam Aku berada di kamar Aksa, Jujur saja, ini sangat membosankan.
Aku melangkah keluar dari kamar Aksa saat mendengar suara gaduh dari luar. Sepertinya, itu bukan suara Ayah Aksa. Aku mengintip lewat tembok pemisah antara ruang tengah dan ruang tamu. Menyelipkan rambutku kebelakang telinga, berharap bisa mendengar perbincangan dua orang tersebut.

"Saya akan membatalkan pernikahan itu. Dari awal Saya tidak pernah mengharapkannya" Ucap Aksa, pria itu duduk di sofa dan pria paruh baya itu duduk di depannya. Aku bisa menyimpulkan bahwa dia adalah ayah Ammara.

"Om mohon sama kamu" Mohon pria itu.

"Anak itu bukan darah daging saya!"

"Om tahu tapi— semuanya akan kacau jika kamu pembatalkan pernikahan itu"

"Persetan!. Sekarang saya mohon om pergi dari rumah saya!" Aksa berdiri dari duduknya mempersilahkan Ayah Ammara pergi.

"Om mohon... Ammara bisa gila karena memikirkan berita itu"

"Saya. Tidak. Perduli!"

"Om mohon..."

Aku terkesiap saat melihat Ayah Ammara berlutut di depan Aksa, namun pria itu seperti acuh. Aku merasa iba, setelah mengumpulkan keberanian ku, aku berjalan mendekati mereka.

"Aksa— akan bertanggung jawab atas anak yang berada di kandungan Ammara" Ucapku tanpa memikirkan apa yang terjadi selanjutnya.

Mereka berdua menoleh ke arahku secara bersamaan, tatapan mata tajam dari Aksa membuatku sedikit takut, tapi aku mengalihkan pandanganku untuk menatap Ayah Ammara.

Aku memegang kedua pundaknya untuk membantunya bagun. Aku bisa melihat sisa-sisa air mata di wajah keriputnya.

"Apakah yang dia ucapkan benar?" Tanya Ayah Ammara seolah memohon.

"Tidak" Jawab Aksa penuh penekanan.

"Saya mohon pergi dari sini." Tekan nya lagi.

AKSARAJASA [✓]Where stories live. Discover now