40.Good bye Daddy

2.5K 201 2
                                    

“Semua orang punya keinginan, namun keadaan punya kenyataan”
-Ammara Everlyn-

Happy Reading^^
Salam toleransi:)

**

Aksa POV
Malam itu aku berakhir tertidur di kamar Akira. Oh, memang ini yang ku rencanakan dari awal. Aku terbangun karena suara dering ponsel yang berada di sampingku. Sial!. Aku mengulurkan tanganku untuk menggapai ponsel itu, menggeser tubuhku perlahan-lahan agar gadis itu tak terganggu.

Ammara is calling...

Sialan! Yang benar saja?! Ini baru pukul dua dini hari, dan gadis itu meneleponku. Apa yang ada dipikirannya?. Tapi meskipun begitu aku tetap menerima panggilan darinya.

"Keadaan Byan memburuk" Itu suara Ayah. Pria itu menggunakan ponsel Ammara untuk menghubungiku. Mungkin, karena aku tak pernah menjawab panggilan telfonnya.

Tanpa menjawab, Aku dengan cepat turun dari ranjang untuk mengambil jaket kulit milikku yang tergeletak di kursi meja belajar Akira.

"Mau kemana?" Aku menoleh ke arah Akira. Gadis itu sepertinya terbangun karena ku.

"Gue mau ke rumah sakit sekarang"

"Semuanya baik-baik aja kan Sa,?" Tanya Akira. Aku berjalan mendekatinya. Lalu mengelus pucuk rambutnya pelan.

"Percaya sama Gue. Semuanya baik-baik aja" Ucapku menenangkannya. Lalu mengecup dahinya singkat sebelum berjalan keluar kamarnya.

Aku pergi lewat pintu depan rumah Akira. Persetan! Dengan kakak lelakinya itu. Tapi sepertinya rumah ini sangat sepi.

Setelah itu, aku mengambil motor yang berada di pekarangan rumah Akira. Lalu melajukan motor itu menuju rumah sakit.

**

Aksa berlari menyusuri koridor rumah sakit. Langkahnya terhenti di depan ruangan IGD. Ada Ammara, Ardi, dan juga Iren disana. Raut khawatir tercetak jelas di wajah mereka semua. Aksa duduk di samping sang ayah.

Pintu terbuka. Seorang dokter keluar dari ruangan itu. Semua berharap dokter itu membawa kabar baik.

Semua orang berdiri dari duduknya menghampiri dokter tersebut untuk meminta penjelasan.

"Kami— sudah berusaha semaksimal mungkin" Dokter itu mengucapkan sebuah kalimat yang tak ingin didengar oleh semua orang.

"Kau berbohong bukan?" Mohon Iren.

"Pasien, tidak bisa diselamatkan. Maaf."

Lutut Iren lemas. Wanita itu hampir jatuh jika saja Ardi tak memegangi kedua pundaknya. Sedangkan Ammara hanya diam. Pandangan matanya kosong menatap Ruangan tersebut.

Seakan tak percaya, Ammara menyerobot masuk ke dalam ruangan Byan. Gadis itu seperti orang gila. Bahkan ia masih memakai pakaian pasien.

Aksa mengejar Ammara. Sedangkan dokter itu hanya diam seolah tau apa yang mereka rasakan.

Ammara berlutut di samping ranjang Byan. Melihat wajah pria itu yang pucat pasi membuat Air matanya jatuh seketika. Ammara merengkuh kedua pipi Byan.

AKSARAJASA [✓]Where stories live. Discover now