5. Kebencian Altas

2.9K 189 5
                                    

Oh, Ref don't be a silent reader anymore. I don't like it!!!

نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ

I hope you like this story. Meskipun ku yakin cerita ini banyak ngumpatin Altas.

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G

Olivia membanting kotak makanannya dengan kasar. Gadis itu berdecak, kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa keluarga.

"Anak Mama udah pulang?"

Vena-ibu Olivia yang memiliki kesabaran di atas rata-rata. Berbanding terbalik dengan anaknya yang serba grusa-grusu dan sifat pembangkangnya yang sangat kentara.

"Kok mukanya cemberut, kenapa?" Vena mengusap kepala anaknya, membuat Olivia berdecak kesal. "Putus sama pacarnya, ya?"

"Boro-boro putus, Ma! Orang banyak saingannya, mana bisa jadian?"

"Kok kakak ngomong kayak gitu? Kalo memang jodohnya Kak Via, nggak usah ragu. Pasti bakal balik lagi. Nggak usah dikejar, pasti bakal ketemu sama kak Via."

"Ck! Mama nggak tau! Dia prince charming, most wanted in Nevada. Beda Mama!"

"Sama ajalah, Kak." Vena mengusap rambut anaknya sembari tersenyum. "Sekarang ganti baju, ya. Jangan marah-marah mulu, nggak baik."

-oOo-

Olivia melempar ponselnya karena kesal. Kenapa dirinya begitu susah mendapatkan laki-laki bernama Altas. Belum lagi kehadiran seorang Violeta si tikus kecil pengganggu.

"Arrgh! Sialan!"

Tok ... tok ...

"Non ... bibi boleh masuk?"

"Masuk aja, Bi!"

Asisten rumah tangga itu langsung berjalan ke arah anak majikannya. Mengasuh Olivia sejak kecil membuat Ari paham akan sifat keras kepala Olivia.

"Mau cerita dengan bibi?"

Olivia menganggukkan kepalanya semangat. Gadis itu mendekatkan dirinya ke arah asisten rumah tangga yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

"Aku benci dengan salah satu temanku, Bi. Perempuan penjilat, menjijikkan, sok polos. Oh! Dan jangan lupakan seorang anak miskin yang tak tahu diri!" ucap Olivia menggebu-gebu.

"Kenapa membencinya?"

"Dia sama-sama mengejar laki-laki yang aku sukai, Bi! Aku tidak suka! Kalau perlu aku akan melenyapkannya di dunia ini."

"Siapa namanya?"

"Siapa??"

"Perempuan itu."

"Leta. Kiasatina Violeta, Bi."

Wajah Ari langsung berubah datar. Tanpa Olivia sadari, perempuan yang ia jelek-jelekkan namanya adalah anak kandung dari asisten rumah tangganya, Ari-ibu Violeta.

-oOo-

"Altas! Semangat!"

"Bubu Akhtar! I love you! Keep spirit!"

Leta meringis ketika suara-suara teriakan siswi yang begitu memekakkan telinga. Oh, dan jangan lupakan sang ratu Nevada sudah berdiri di tribun penonton barisan pertama lagi.

Leta tersenyum ketika melihat Altas mengelap keringatnya dengan baju seragamnya. Laki-laki itu benar-benar memiliki aura yang sangat-sangat kuat dibandingkan yang lainnya.

"Violeta!"

Lamunan Leta buyar ketika seseorang memanggilnya dengan suara melengking.

"Cassie! Udah pulang?"

Mereka berdua langsung berpelukan ala teletubbies karena tak pernah saling bertemu.

"Iya, dong! Kalo nggak mana mungkin di sini," jawab Cassandra. "Eh, gue tadi sama Revi. Di mana dia?"

"Gue nggak lihat lo sama dia."

"Iyalah, orang lo lihatin Altas dari tadi." Cassandra merangkul bahu sahabatnya, kemudian mengajak Violeta menuju tribun penonton. "Lo selama gue tinggal di luar negeri, sering sama Revi, 'kan?"

"Gue bahkan nggak pernah ketemu dia," jawab Leta dengan mata yang jauh memandang ke arah Altas. "Gue nggak sedeket sama lo, Cass."

Cassandra berdecak. "Kalian ini! Terus si tukang bully itu masih ngerusuh sama lo, Ta? Leta! Woy! Nggak usah ke sana!"

Cassie berdecak ketika sahabatnya malah menuju ke tengah lapangan dengan sebuah botol minum di tangannya.

"Heh, cupu! Ngapain lo ke sini?! Mau caper? Sadar diri dong!" ucap Kallya.

"Tau, tuh! Sok cakep, sok cantik, padahal iyuh!" Risa menunjukkan wajah mengejek ke arah Violeta.

Tanpa memperdulikan ucapan kedua dayang Olivia, Violeta langsung menuju ke arah Altas dan kawan-kawan yang sudah ada Olivia di sampingnya.


"Anjir! Lo itu multitalent! Bagi satu keahlian gue gitu!" ucap Akhtar.

"Lonya aja yang terlalu bodoh memanfaatkan potensi," jawab Agam blak-blakan.

"Altas."

Violeta mengacaukan percakapan boya tersebut. Semua orang langsung memusatkan perhatiannya ke arah Violeta, terutama Agam yang menatapnya dengan sinis.

"Lo pengganggu!" ucap Agam sinis.

Mata Leta melebar ketika Altas pergi begitu saja. Dengan kekuatan penuh, Leta langsung mengejar Altas kemudian menghentikan langkahnya.

"Altas! Tungguin, Leta!"

Altas berdecak kemudian menghempaskan tangan Violeta di tangannya. "Mau lo apa, hah?! Nggak capek apa?!"

"Kenapa capek? Semua itu butuh perjuangan. Termasuk perjuangin Altas buat Leta."

"Sampah! Nggak ada namanya sel telur ngejar-ngejar sel sperma. Menyalahi aturan, bodoh!"

"Tapi, 'kan-"

"Terserah!" potong Altas kemudian meninggalkan Violeta yang terdiam sambil memandangi punggung Altas dengan nanar.

"Udah gue bilang, 'kan. Jangan pernah deketin dia. Lo terlalu baik untuk dia-cowok egois dengan perikemanusiaan rendah!" ucap Cassie.

"Altas nggak seburuk yang lo pikir, Cassie. Dia baik, tapi nggak tau gimana ungkapinnya."

"Nggak ada orang baik yang bentak dan permaluin orang lain di hadapan banyak orang, Ta. Nggak ada!"

Violeta terdiam mendengar perkataan sahabatnya. Meskipun demikian, tekadnya tetap bulat. Altas, akan ia luluhkan bagaimana pun caranya.


Bersambung

AKARA (Terbit)Where stories live. Discover now