30. Altas dan janjinya

2.1K 131 61
                                    

"Udah Altas ... nggak enak," tolak Kiara sembari membekap mulutnya.

"Kalo lo nggak makan gimana lo bisa sembuh?" tanya Altas sembari menghela nafasnya.

Kiara menggelengkan kepalanya, kemudian menatap lantai rumah sakit. "Gini, kalo lo abisin makanannya, kita bakal jalan-jalan di taman rumah sakit. Mau?"

Mata Kiara langsung berbinar mendengar penawaran Altas. "Kiara mau! Altas yang nemenin, 'kan?"

Altas menganggukkan kepalanya sembari mengusap puncuk kepala Kiara. "Abisin, ya."

"Suapin ..." ucap Kiara dengan nada memelas.

Altas menghela nafasnya panjang. Ketika tangannya hendak mengambil sendok, ponselnya berdering membuat wajah Kiara kembali murung.

"Gue angkat dulu, ya."

"Iya."

Akhtar, kenapa nelpon?

"Halo?"

"Gila lo, Al! Cepetan ke sini, bego! Bokap lo marah sama nyokap lo gara-gara Mama Aretha nggak ngasih tau kalo Leta hamil anak lo."

"Agam di mana?"

"Lo masih sempat-sempatnya nanyain itu kunyuk, ya! Gue nggak tau. Sejak Oliv kecelakaan gue nggak liat tu anak. Cuman di kasih titah suruh jagain Leta sementara lo nggak ada. Lagian lo di mana, sih, Al?! Heran gue! Penyesalan lo bullshit banget!"

Altas memutus sambungan telepon sepihaknya. Laki-laki itu berjalan ke arah ranjang Kiara yang sedang memakan makanannya dengan tak minat.

"Lo istirahat dulu, ya. Gue masih ada urusan bentar."

"Tapi Altas udah janji sama Kiara, Altas nggak bakal ninggalin Kiara lagi."

"Bentar, Ki. Nggak lama, kok."

Kiara menghembuskan nafasnya, kemudian menganggukkan kepalanya pelan. "Iya ...."

"Senyum dong. Masa cemberut kayak gitu. Tambah jelek nanti."

"Altas!"

"Bercanda, gue pergi dulu ya. Jangan kabur dari sini."

"Hati-hati, Altas!" ucap Kiara semangat.

—oOo—

"Dari mana kamu?"

Rafa, Papa Altas langsung menatap datar putranya ketika laki-laki itu baru saja sampai di depan ICU.

"Altas tadi baru—"

"Papa tanya dari mana! Bukan semua reason kamu Altas!"

"Altas dari paviliun! Puas?!" ucap Altas bersamaan dengan Papanya.

"Kenapa kamu bisa ada di sana, Altas?" tanya Rafa. Altas diam tak menjawab ucapan Papanya. "Altas!"

"Jagain temen, Pa!"

Tanpa aba-aba, Rafa langsung memukul wajah Altas hingga laki-laki itu termundur ke belakang.

"Papa!"

Karisa berlari dari lorong menuju ke depan Altas. Gadis kecil itu berdiri sembari tangannya menghalangi Papanya yang hendak memukul kakaknya lagi.

"Papa nggak pernah ajarin kamu jadi orang brengsek, Al."

"No, Pa! He's been hurt," ucap Karisa dengan linangan air mata.

AKARA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang