21. He lost it

2.7K 165 19
                                    

Kondisi Altas mulai membaik seiring berjalannya waktu. Selama tiga hari laki-laki itu berada di rumah sakit, Violeta benar-benar merawatnya dengan baik, meskipun sesekali gadis itu terpaksa meninggalkan Altas karena harus bekerja.

"Loh? Kok nggak tidur?"

Violeta menutup pintu ruangan dengan sangat pelan. Gadis itu meletakkan kotak yang ia bawa di meja rumah sakit.

"Lo tiap hari pulang jam segini?" tanya Altas tak habis fikir.

"Iya. Tapi bukan simpenan Om-om kok," jawab Violeta yang langsung dihadiahi senyuman Altas.

Violeta membuka kotak bekalnya. Aroma rempah-rempah serta wanginya masakan membaur menjadi satu membuat rasa penasaran Altas langsung membumbung tinggi.

"Masak sendiri?"

"Ini?" Violeta mengangkat kotak bekalnya. Altas menganggukkan kepalanya. "Iya. Tadi mampir rumah, sambil bersih-bersih."

Violeta menghela nafas, kemudian kembali memakan makanannya dengan khidmat.

"Vi."

"Iya?"

"Turut berduka cita." Violeta mengangkat wajahnya, kemudian menggelengkan kepalanya. "Sorry waktu itu gue nggak dateng."

"Di dunia ini semu. Nggak ada yang abadi, Al."

Violeta kembali menyuapkan makanannya ke mulut tanpa memperdulikan Altas yang terus menatapnya.

"Tetep jadi Violeta yang ceria, ya. Jangan berubah."

Violeta terkekeh sekilas. Ia tak tahu maksud ucapan laki-laki di depannya ini. Bahkan, dirinya juga tak tahu kenapa ia rela meluangkan waktunya untuk laki-laki yang telah menyakiti relung hatinya yang oaling dalam.

"Kenapa turun?" tanya Violeta heran. "Udah di situ aja, biar cepet sembuh."

"Gue bukan patah tulang."

"Tapi gegar otak."

Violeta membuka minumnya, kemudian meminum air dengan pandangan mata yang tak luput dari pergerakan Altas. Gadis itu hampir tersedak ketika Altas memakan bekalnya dengan sendok yang sama.

"Kalo Al makan punya Violeta terus Leta makan apa?" tanya Violeta kesal.

Seakan tak perduli dengan perkataan Violeta, Altas, laki-laki itu justru terus memasukkan makanan Violeta ke mulutnya.

Hampir tangan gadis itu melayang ke kepala Altas, jika dering ponsel milik Altas tak mengacaukan niatnya.

"Angkat, gih!"

"Nggak mau! Ponselnya Altas kok yang angkat Leta. Di kira istrinya apa."

"Calon."

Melihat tak ada tanda-tanda Altas mengangkatnya, dengan setengah hati akhirnya Violeta mengalah.

"Mama."

"Angkat aja," jawab Altas tak perduli.

"Halo."

"Loh? Ini beneran ponselnya Altas, kan? Kok yang angkat cewek?"

"Hm ... iya Tante. Ini Violeta, Altasnya lagi di kamar mandi."

"Dia nggak papa kan, Nak? Maksud Tante dalam keadaan sehat sekarang?"

"Iya, Tante," ucap Violeta sambil meringis. "Tadi abis jalan terus anter Violeta ke rumah."

"Oh, kalo gitu syukrlah. Tante kira kenapa-kenapa, soalnya perasaan Tante nggak enak sama anak bandel itu. Yaudah nanti bilangin Altas buat pulang ke rumah, ya. Assalamu'alaikum."

AKARA (Terbit)Onde histórias criam vida. Descubra agora