11. Kemarahan yang terpendam

2.2K 159 12
                                    

Jangan lupa Vote, Coment, and Share, Refidelsa !!!

One vote, comment, and share means a lot to this story

Happy Reading



Tidak biasanya seorang Violeta membolos di jam pelajaran berlangsung. Pertama dan mungkin untuk yang terakhir kalinya gadis itu menepi dari keramaian untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Violeta terkesiap ketika kursi yang ia duduki tiba-tiba bergoyang. Altas—dengan semudah itu laki-laki itu langsung duduk di sampingnya.

"Mau ke mana?"

Violeta mengernyitkan alisnya bingung ketika tangannya di tahan oleh laki-laki itu. Benar-benar tak seperti biasanya.

"Ke kelas."

Altas menarik tangan Leta hingga gadis itu kembali duduk seperti sedia kala.

"Maaf soal Agam," ucap Altas memecah keheningan beberapa saat.

"Kenapa minta maaf? Emang bener, 'kan kalo yang di katain Agam fakta."

"Vi itu nggak seperti yang lo pikirin," jawab Altas.

"Emang Al tau Leta berpikir kayak mana?" Violeta melepaskan genggaman tangan Altas dari tangannya secara perlahan. "Al tetep di situ, nggak usah beranjak. Biar Violeta yang kejar Al sampe dapet."

Memang tak ada bentakan ataupun luapan emosi, tapi dari sorot matanya, dirinya dapat melihat bahwa Violeta berusaha menghindari dirinya.

—oOo—

Brak!!!

"Keterlaluan lo, ya!"

"Apa-apaan lo, Al! Dateng-dateng langsung gebrak meja!" ucap Agam emosi.

"Santuy, bro .... Kita ini BFF, best friend forever, jangan main kasarlah." Akhtar menunjuk ke arah Altas. "Terutama lo! Ngapain dateng marah-marah? PMS?!"

"Lo yang PMS!" jawab Altas kemudian membuang tasnya ke sembarang arah.

Akhtar dan Aksa saling pandang. Laki-laki itu langsung mendekat ke arah Altas yang sepertinya dalam keadaan hati yang tidak baik-baik saja.

"Lo kenapa, Al? Nggak biasanya marah-marah nggak jelas."

"Satu lagi. Sejak kapan lo bolos pelajaran sampe istirahat kayak gitu," sahut Akhtar.

"Nah, iya!" ucap Akhtar dan Aksa serempak.

Agam berdiri di antara keduanya. Sorot matanya tajam, menghunus ke arah Altas yang menampilkan wajah datar.

"Gara-gara cewek kampung itu? Gara-gara dia lo gebrak meja, 'kan!"

Aksa dan Akhtar menatap Altas—menuntut jawaban dari laki-laki itu. "Al?"

"Kalo iya kenapa?!"

"Hebat! Cuman karena cewek lo bentak-bentak gue! Dia baru masuk ke kehidupan lo beberapa hari, Al!" ucap Agam emosi.

"Lo kenapa, hah? Kayaknya benci banget sama Violeta. Ada salah apa dia sama lo?" tanya Altas.

"Lo nggak tau Violeta orangnya kayak mana, Al! Dia nggak sebaik yang lo kira! Gue pengen lo jatuhin hati ke orang nggak bener kayak dia!" Agam berdiri, kemudian menunjuk tubuh Altas dengan wajah yang memerah—menahan amarah. "Buktiin omongan gue, Al!"

AKARA (Terbit)Where stories live. Discover now