34. Akhir rasa sakit (END)

5.6K 190 118
                                    

"Kakak ...."

Gadis itu mendekat ke arah Violeta yang terbaring lemah dengan berbagai alat penunjang kehidupan.

Tak kuasa menahan tangis, akhirnya gadis itu terisak dengan tangan yang terus menggenggam tangan Violeta.

"Kenapa nggak dari dulu kita ketemu? Kenapa baru sekarang? Kenapa di detik-detik terakhir?"

Gadis itu terus memberondong Violeta dengan berbagai pertanyaan, meskipun tak ada sahutan sama sekali dari lawan bicaranya.

"Ira janji, Ira bakal donorin sumsum buat Kak Leta. Biar kita bisa kumpul, Kak. Tapi please, Kak. Bertahan buat terus bisa lihat dunia."

"Ira? Kamu di sini?"

Ira langsung mengusap air matanya dan menatap Altas dan Agam secara bergantian.

"Pulang, gih. Aku anter. Di cari Bunda nanti kamu."

"Tapi Kak Leta?" Ira melihat ke arah Violeta yang tak ada tanda-tanda untuk bangun di detik-detik ini. "Ira pengen di sini Kak Agam. Ira juga pengen balas kebaikan Kak Leta yang waktu itu udah nolongin Bunda."

"Kamu pulang, ya? Lihat kamu belum ganti seragam. Kasihan orang tua kamu nyariin nanti," jelas Altas. "Nanti Kak Altas kasih kabar ke kamu kalo Kak Leta udah siuman."

Ira menghela nafas, kemudian menganggukkan kepalanya pasrah. "Kak Leta, Ira pulang dulu, ya. Cepet bangun, Ira tunggu kabar baiknya."

—oOo—

Bunyi monitor yang menayangkan detak jantung Violeta menjadi pengisi ruangan yang hening di indera pendengaran Altas. Laki-laki itu sama sekali tak beranjak sedetik pun dari kursi tunggunya.

"Anak Papa ... kuat-kuat ya di sana."

Altas mengusap perut Leta yang sedikit menonjol dengan tangan yang bergetar. "Kamu harus kuat biar Mama juga kuat, ya, Nak. Papa nungguin kamu di sini, sayang."

Altas menatap jemari Violeta yang sudah tersemat sebuah cincin putih yang sangat cocok di jari manis wanita itu. Andaikan kejadian ini tidak terjadi, mungkin lusa dirinya dapat melangsungkan pernikahan.

Pintu ruangan di buka, kemudian seorang dokter memanggilnya. "Altas, bisa kita bicara sebentar."

"Baik, dok."

Setelah kepergian dokter tersebut, Altas tak langsung beranjak. Laki-laki itu terus mengamati Violeta seakan mereka akan berpisah selamanya.

"Vi ... G-gu ... aku tinggal dulu, ya. Sebentar aja."

Altas mencium kening Violeta kemudian langsung berjalan meninggalkan Leta tanpa melihat adanya pergerakan di jari wanita itu.

—oOo—

Setelah kepergian Altas beberapa menit yang lalu. Seseorang langsung masuk ke dalam ruangan Leta dengan mengendap-endap. Rencananya hanya satu, jika dirinya tidak dapat memiliki Altas, maka perempuan ini juga tak boleh memilikinya.

Perempuan itu langsung membuka masker oksigen milik Violeta membuat wanita itu langsung kehabisan nafas. Tanpa berlama-lama, seseorang tersebut langsung memberikan sebuah cairan ke mulut Violeta disertai senyuman sinis.

Say goodbye, Cantik.

—oOo—

AKARA (Terbit)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें