26. Jangan lagi

2.2K 144 32
                                    

Violeta menangis semalaman di apartemen Altas. Gara-gara ucapan ibunya, serta tak ada tanda-tanda Altas menyusulnya, bisa dipastikan Altas lebih memilih ibunya daripada dirinya.

Bel apartemen dibunyikan dengan sangat tidak sabaran.

"Sabar!"

Violeta langsung menutup pintu apartemen ketika laki-laki yang ia tangisi baru saja muncul di hadapannya.

"Vi-Vi! Tunggu!"

Violeta memberontak dari cekalan tangan Altas meskipun tidak ada hasilnya sama sekali.

Dengan sekali tarikan, Altas langsung membawa Violeta ke dekapannya, kemudian memeluk gadis itu dengan sangat erat.

"Gue tau lo bukan cewek kayak gitu. Gue tau lo nggak mungkin ke bar, Vi ...."

Cukup lama Violeta menumpahkan air matanya di dada Altas, hingga suaranya kembali ia akhirnya menjawab ucapan Altas. "Kalo itu bener Violeta gimana, Al? Altas apa bakal tetep positive thinking? Apa Altas bakal ngejar-ngejar Leta kayak gini?"

"Sssshhht!" Altas mempererat pelukannya ketika omongan Leta mulai tak tentu arah. "Nyatanya bukan lo, 'kan?"

"Itu ... itu Leta Al? Leta memang di bar kemarin."

Tubuh Altas menegang ketika kata bar keluar dari mulut Violeta. "Apa yang lo lakuin di sana, Vi?"

"Kalo Violeta ngomong kalo Leta ke sana minum Altas percaya?"

"Kalo gue denger dari orang lain, gue nggak percaya. Tapi kalo itu dari lo ... gue percaya Vi. Karena orang baik bisa bejat karena masalah."

Violeta menguraikan pelukannya, dan tanpa aba-aba gadis itu mencium pipi Altas.

"Makasih udah percaya sama Leta." Bibir keduanya sama-sama tertarik ke atas. "Leta cuman anter kue ke sana kok. Nggak lebih."

"Gue percaya, Vi. Gue percaya kok."

-oOo-

"Ini ... kita di sini nggak papa?"

"Memangnya kenapa?" tanya Altas balik.

"Tapi ... ini kan timezone buat anak kecil, Al. Bukan buat kita."

Altas menarik gemas hidung Leta. "Kenapa nggak daritadi nolaknya, hm? Kenapa ketika uang udah masuk baru ngomong."

"Ya ... gimana mau nolak, kan tadi Al-"

"Udah ayo!"

Altas menarik tangan Violeta tanpa memperdulikan tatapan pengunjung yang terus tertuju ke arah mereka. Berbagai permainan mereka coba satu persatu. Dari mulai tembak-tembakan, balap mobil, pukul buaya, dan lain sebagainya.

"Sekarang kita battle basket. Yang kalah bakal ngabulin permintaan yang menang."

"Curang! Altas tau kalo Leta nggak bisa main basket," jawabnya tak terima.

"Coba dulu baru komentar," jawab Altas sembari mengambil posisi. "Kita mulai, ya."

Altas menggeseknya kartunya ke tempat basket yang menjadi milik Violeta, kemudian menggesekkan kartu tersebut ke tempatnya. Ketika bola-bola basket mulai berjatuhan turun, Violeta langsung cepat-cepat memasukkannya ke dalam ring.

"Kok Altas diem aja, sih?! Emang nggak takut kalo kalah dari Leta?" tanya Violeta tanpa memperhatikan laju bolanya yang terpental dari ring. "Aduh!"

AKARA (Terbit)Where stories live. Discover now