CHAPTER 21 : Yes or Yes (2)

18.3K 1.8K 4
                                    


Dua minggu setelah pesta ulang tahun Harry, Putri Mahkota mencetuskan sebuah ide. Kini ia tengah duduk di balkon Istana Sirius sambil melihat pemandangan Kerajaan Deandrez yang tertutup salju. Istana sirius didesain memiliki balkon yang luas, serta lebih tinggi dari kastil lainnya dengan tujuan untuk melihat keseluruh Deandrez secara langsung.

"Jadi, Ellea mau membuat pesta minum teh dengan para bangsawan, begitu?"

Raja Damian menatap menantunya dengan lembut, kemudian tersenyum kecil sebelum mengangguk paham. Sungguh berbanding terbalik dengan Ellea yang justru membalas tatapan sendu itu dengan manik karamelnya yang bulat dan berbinar-binar. Ratu Arielle tertawa kecil, kemudian menyesap tehnya sambil menatap Ellea.

"Bagaimana menurutmu, Harry?" Baginda Ratu justru berbalik menatap Harry, kemudian menyesap teh hangatnya, "lumayan bagus untuk sosialisasi antar bangsawan dan keluarga kerajaan, bukan?"

"Entahlah," Harry menarik napas, "kelihatannya justru malah merepotkan." Pria itu menatap Ellea lamat-lamat, "Ellea, kenapa juga kau mau melakukan hal seperti itu? Memangnya tidak cukup minum teh denganku saja?"

"Kalau cuma denganmu aku tidak bisa bergosip, dan sejauh ini cuma Catherine yang rutin datang ke istana." Ellea menatap semua orang disana bergantian, "lagi pula kalau hanya Kate yang terus datang kemari, nanti keluarga bangsawan lain akan iri. Bukankah hal seperti itu bisa menimbulkan perdebatan soal keluarga kerajaan di kalangan bangsawan?"

"Whoah, Ellea-ku sudah mulai pintar sekarang!" Harry tertawa, kemudian mengacak lembut surai karamel Ellea.

"Memangnya aku sebodoh apa, huh?" Ellea mencebik kesal, "Biar begini-begini aku pernah memegang pemerintahan sementara, tahu!"

"Iya, iya," Harry mengibaskan tangannya sambil mengejek, "Kalau maksudmu membahas cangkul yang bisa mendeteksi emas dan politik luar negeri dengan ikan paus, maka kau pasti nomor satu!"

Ellea kesal, lalu bangkit dan mencubit kedua pipi Harry kuat-kuat, "Iya, terus saja, terus ejek aku. Sekarang aku mencubit pipimu, lain kali akan kutarik telingamu sampai lepas!"

"Eiy! Berhenti, astaga!" Harry memegangi pipinya yang masih dicubit gemas Ellea, kemudian tangan kekar lelaki itu menangkup kedua pipi Ellea. Menariknya dalam satu gerakan cepat, membuat bibir mereka malah bertabrakan secara tiba-tiba.

"Harry, apa yang kau-"

Cup.

"Hentikan, aku-"

Cup.

"Kubilang, hent-"

Cup.

"Aku akan membu-"

Cup.

Cup.

Cup.

Harry kemudian berhenti, tepat saat kedua tangan mungil Ellea melepaskan pipinya begitu saja. Lelaki itu kemudian tertawa penuh kemenangan.

"Nah, begitu," Harry mengacak asal surai karamel itu lagi, "coba kalau dilepas dari tadi!"

Wajah Ellea memerah, kemudian dia menutup wajahnya sambil melarikan diri ke dalam ruangan. Meninggalkan teh yang belum habis serta semua orang yang berdiri disana menyaksikan kekonyolan Harry.

"Sisi Putra Mahkota yang seperti ini bukankah seharusnya diketahui oleh seluruh rakyat Deandrez?" Raja terseyum geli, "Mereka pasti kaget setengah mati."

Ratu tersenyum mengejek, "Apa perlu kita yang membocorkan langsung perihal ini kepada wartawan koran gosip?"

Mereka tertawa, sementara sang Putri Mahkota bersembunyi di sudut ruangan. Padahal masih membekas di benak Ellea rasa malunya saat Harry tiba-tiba menciumnya di pesta kemarin, dan langsung membuat semua orang terkesiap dan keheranan. Mereka ditatap dengan berbagai asumsi yang tidak ia ketahui. Harry yang melakukan, tapi kenapa jadi aku yang menanggung malu?

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now