CHAPTER 39 : The Truth (1)

12K 1.3K 63
                                    

Zrielka baru saja selesai mengumpulkan ikan-ikan yang masuk ke perangkap buatannya di antara batu-batu besar pinggir sungai. Tepat saat itu ada dua orang berseragam kerajaan berdiri di depan rumah pohonnya dan memberi hormat.

"Tuan Zrielka, berlututlah," salah satu dari mereka berucap tegas, "kami membawa perintah langsung dari Yang Mulia Raja Damian Arthur Deandrez."

Pria bergigi kelinci itu tersenyum kikuk, kemudian membungkuk hormat saat sebuah gulungan khas milik kerajaan dibacakan di atas kepalanya.

"Kepada yang terhormat, Tuan Zrielka dari Gerrard," orang itu menjeda. "Dengan ini atas nama Penguasa Deandrez, aku memohon padamu agar bisa memenuhi panggilan ini dan hadir di istana kekaisaran sesegera mungkin. Ada hal mendesak dimana kami membutuhkan bantuanmu sebagai seorang penyihir yang andal."

"Dengan ini, saya menerima titah dari Yang Mulia Raja Damian Arthur Deandrez. Dan akan segera memenuhi panggilannya ke Oraca dalam waktu dekat." Pemuda itu masih membungkuk hormat, "Kemuliaan dan Kejayaan bagi Paduka Raja."

Tak lama kemudian kedua utusan dari istana itu pergi, tepat setelah memberikan gulungan berisi perintah raja pada Zrielka. Lelaki itu naik ke rumah pohonnya dengan sebelah tangan melempar-lempar gulungan surat, sementara lainnya membawa ikan yang tertangkap di jaring-jaring. Lelaki bermata bulat itu meringis bingung seiring dengan langkah kakinya menuju bak cuci piring di dapur, meletakan hewan air tawar yang masih segar itu.

Ada perasaan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya begitu melihat lagi gulungan resmi kerajaan yang teronggok di nakas dekat jendela. Sebuah gulungan lain yang tampak lebih kusam juga masih ada di sana. Manik hazel itu melirik sekilas pada perintah sebelumnya, dimana ia juga dipanggil mendadak karena Putri Mahkota terserang 'kunang-kunang biru'.

Jadi, apakah kali ini kunang-kunang birunya berkembang biak lagi, Tuan Putri?

Zrielka mengulum senyum, masih jelas dalam ingatannya rupa cantik sang Putri Mahkota. Sayang, sama sekali tidak ada harapan bagi penyihir perbatasan seperti dia. Mungkin nanti, kalau benar-benar ada kesempatan Zrielka ingin menghabiskan sedikit waktu dengan Putri Estelle, dan menyatakan sedikit kekagumannya pada wanita tersebut.

"Sampai jumpa di Oraca, Putri Estelle."

***

Sudah tiga hari Ellea mengurung diri di dalam ruang pribadinya. Lemari yang kelewat besar itu kini sudah seperti markas sejak sebuah bed sofa dimasukkan ke sana. Ini terjadi setelah beberapa kali sang Putri kesal pada kelakuan Harry. Biasanya ia akan mendekam di dalam sampai kemarahannya reda. Namun ada yang berbeda kali ini, yaitu durasi amarah Ellea yang lebih lama dari biasanya.

"Ellea, buka pintunya," Harry masih bersandar di luar pintu, sudah dua jam dia berdiri disitu. "Mau sampai kapan kau di dalam sana?"

"Kau belum makan apa-apa selain kue yang dibawakan Frita terakhir kali." Harry bicara lagi, "kumohon, sebentar saja. Aku bisa menjelaskan semuanya, Estelle ...."

Dari dalam ruangan pribadinya Ellea menarik napas berat. Entah mau dipikirkan bagaimanapun rasanya tetap sakit. Dia tidak tahu kalau hatinya bisa sesakit ini saat Catherine benar-benar masuk dalam kehidupan pernikahan mereka. Terlebih Harry sudah melakukan hal paling fatal di antara semua kesalahan seorang suami terhadap istrinya. Bagai setiap inci tubuhnya berdenyut nyeri, menghisap semua luka yang menjalar dari hati hingga ke seluruh syaraf terkecil dalam hati Ellea.

"Ellea, kumohon ...."

Hening. tidak ada suara sama sekali dari dalam. Harry mendesah lelah, kemudian meletakkan senampan makanan di depan pintu seperti sebelumnya.

"Setidaknya makanlah sedikit, Ell," Harry bicara lagi pada pintu di depannya, "Tolong jangan sakit, karena kau harus memarahiku nanti."

Rasanya Ellea tidak tahan lagi. Bukan karena iba terhadap Harry, melainkan muak dengan setiap kalimat retoris yang keluar dari mulut suaminya itu. Semakin di dengar yang ada kemurkaannya semakin memuncak.

"Kalau kau bisa melakukan hal setidak tahu diri itu dan masih bersikeras menjelaskan semuanya, minimal tolong beri aku waktu sebentar untuk menenangkan diri."

Ellea membuka pintunya tiba-tiba, kemudian bicara panjang lebar sebelum menutupnya lagi. Namun gerakan tangan Harry lebih cepat. Pemuda itu buru-buru menahan celah kecil yang dibuat Putri Mahkota.

"Aku benar-benar bisa menjelaskannya Ell," Harry menatap Ellea dengan sorot mata penuh kegelisahan yang menembus langsung pada manik karamel sang Putri. "Tolong beri aku satu kesempatan."

***


Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt