CHAPTER 24 : Save Me (1)

15.7K 1.6K 9
                                    


Sreeett--swoosh!

Sreeett--swoosh!

Sreeett--swoosh!

Lengkung manis itu tercetak jelas di wajah Harry. Tulang pipinya naik dengan mata menyipit, menciptakan senyuman lebar dari rahang tegas itu. Tiga anak panah yang baru saja diluncurkan berhasil mengenai seekor rusa. Lelaki itu kemudian beralih pada gletser beku di atas aliran sungai. Dengan cekatan ia menarik pedang dan membuat lubang di sana. Tak lama kemudian Harry menghunuskan lagi pedangnya ke dalam air, dan ikan-ikan segar itu terhujam dalam tusukan yang rapi.

Hasil buruannya lumayan, setidaknya cukup untuk memberi makan satu pasukan. Ellea juga akan punya pilihan makanan selain daging rusa panggang. Bicara soal si Putri Mahkota, kadang Harry juga tak habis pikir. Pasalnya wanita itu selalu punya cara sendiri untuk membuat dia terheran-heran. Ucapan Ellea juga sering kali dirangkai dengan kata-kata yang unik, seperti saat membahas masalah politik luar negeri misalnya. Atau saat mengomentari puding buatan Nyonya Margareth dengan kata 'deliciousseo'.

Tapi seiring berjalan waktu, hati Harry jatuh juga. Entah sejak kapan, tapi perasaan merah muda itu tumbuh dengan suburnya. Seperti peony yang bermekaran di rumah kaca. Sebulan pertama Ellea di istana, ia sudah memecahkan tiga vas bunga yang dihadiahkan Raja Trevian sebagai tanda damai. Dan sebelumnya ia juga pernah hampir membakar sederet bendera kerajaan yang sedang dijemur oleh para pelayan.

"Astaga, kadang aku heran, apakah Estelle benar-benar seorang bangsawan?" Harry mengulum senyum, kemudian tertawa sendiri mengingat hal-hal yang pernah dilaluinya bersama perempuan itu. "Hidupku yang membosankan kejatuhan sebuntal keajaiban penuh tanda tanya, dan anehnya malah membuatku penasaran. Seperti itulah dia."

Harry masih memacu kudanya pelan, dengan hewan buruan yang terikat dalam karung besar. Namun ada sesuatu yang janggal. Sejak tadi pikirannya tidak bisa lepas dari Ellea, dan semakin mendekati camp peristirahatan mereka lelaki itu sangsi. Seperti ada hal yang membuatnya gelisah begitu teringat pada sang istri, tapi entah apa.

Sementara itu Jayden yang baru kembali ke tenda peristirahatan mereka tiba-tiba membelalak panik. Setumpuk kayu bakar yang dia bawa jatuh berserakan begitu saja. Rahangnya terjun bebas dan matanya nanar menatap ke sekeliling.

"Putri!" Dia berteriak panik, "Tuan Putri!!"

Jayden melangkah cepat, kemudian menyasar tenda kerajaan yang sebelah tirainya terbuka. Ksatria itu membungkuk sekilas, lantas menggesekkan ibu jari dan telunjuknya pada cairan anyir kental yang membasahi karpet.

"Tuan Putri!!" Kepanikan Jayden semakin menjadi-jadi, "kalau Anda mendengar, tolong jawab saya, Putri!!"

Jayden mundur beberapa langkah, kemudian menarik napas berat begitu melihat keadaan di dalam tenda yang sangat berantakan. Lelaki itu melirik pada sebuah buku yang tadi dibaca Ellea, kemudian menyibak taplak meja buru-buru ... tapi nihil. Putri Mahkota tidak ada disana. Ksatria itu cuma bisa menemukan sebuah pin berukir lambang kerajaan yang diyakini milik sang Putri.

"Anda pasti sangat ketakutan, Tuan Putri," Jayden menarik napas panjang, "maafkan kebodohan dan kecerobohan saya."

Jayden berbalik, menatap garang pada beberapa pasukan yang mati; sementara sisanya terluka parah. Di sudut pangkal pohon pinus, seorang jenderal tengah mengaduh kesakitan. Rupanya ada sebuah luka menganga yang masih mengucurkan darah di bagian perutnya.

"Jendral Hyatt, luka Anda-"

"Tuan Putri dibawa ... sekitar lima belas menit ... yang lalu," Jendral Hyatt menarik napas, berusaha menjelaskan situasinya pada Jayden. "Mereka sekitar lima ... sampai enam orang ... bertopeng dan berjubah hitam ...,"

Jayden menahan napas, tangannya menekan luka sang Jendral untuk meminimalisir darah yang merembes. Sialnya dia tidak dibekali mantra penyembuh sewaktu di pelatihan militer dulu, begitu pula dengan para jendral dan prajurit lain. Karena biasanya mantra penyembuh cuma dipelajari kaum bangsawan, itu pun hanya diperuntukan bagi penyihir medis yang sudah lulus kelas lanjutan di Gerrard; sementara para prajurit akan fokus pada sihir penyerang.

"Bertahanlah Jendral!"

"Sisa prajurit yang selamat ... sedang mengikuti kereta kuda ... Putri Mahkota," Pria itu kemudian terbatuk-batuk, "cepat susul mereka ... aku akan menunggu ... Yang Mulia Putra Mahkota ... di sini."

Jayden menangguk paham, kemudian membawa Jendral Hyatt ke dalam tenda yang sudah porak poranda. Mungkin hal itu tidak membantu banyak, tapi minimal sang Ksatria bisa memastikan pria itu tidak keburu mati kedinginan di luar sana.

"Tuan Putri, tunggulah sebentar lagi." Jayden membawa pedang terbaiknya, kemudian naik ke atas kuda dan memacunya cepat.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now