CHAPTER 61 : Kill This Love (4)

11K 1.2K 296
                                    

Harry menatap Ellea dengan tatapan mata tidak percaya. Bagaimana bisa wanita itu mengucap kata perpisahan dan perceraian semudah itu? Bagi keluarga kerajaan itu bukanlah hal yang sederhana. Setidaknya tidak bagi mereka berdua. Harry sudah bertekad, tidak akan ada perceraian, dan bagaimana pun caranya ia akan memenangkan Estelle. Catherine bukan apa-apa, ia bisa menyingkirkan wanita itu kapan saja andai tidak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Lebih penting lagi, Harry harus menjaga reputasi dan wibawanya di depan para bangsawan.

Estelle adalah sosok yang sempurna untuk berpasangan dengan Harry sebagai calon ratu. Namun Kate adalah sisi yang membuat Harry terlihat lembut dan memiliki belas kasih. Meskipun banyak rakyat kelas menengah atas yang membenci Kate setengah mati, akan tetapi rakyat kelas bawah menganggap bahwa tindakan Harry adalah belas kasih yang bijaksana. Untuk menjadi raja, Harry butuh dukungan mereka semua. Ia memang anak tunggal, tapi bukan pewaris tunggal. Masih ada Duke Andreas Cassavero yang mendiami bagian selatan dan memiliki darah keluarga kerajaan.

Duchy Cassavero yang independen mulai menunjukkan kekuatan militer yang hampir setara dengan keluarga kerajaan, dan kalau Harry terlihat lemah, juga tidak bisa memenangkan hati rakyat dan bangsawan secara mutlak, akan lebih mudah bagi Andreas mengambil alih tahta yang sebelumnya memang milik mendiang ayahnya, Kakak dari Raja Damian. Keluarga kerajaan yang goyah, akan membahayakan mereka, dan yang paling terkena dampak adalah Ratu Arielle yang bukan berasal dari kaum bangsawan.

"Ayo hentikan saja."

Kata-kata Estelle membuat Harry tersadar dari lamunannya. Wanita itu sudah mau berbalik pergi, sementara tangan Harry menahannya.

"Ell, kumohon ... sekali ini saja ya?" Suara Harry berubah lembut. Ia menatap Estelle dengan tatapan mengiba. "Mari buat semuanya baik-baik saja."

"Itu tidak baik-baik saja, Harry. Kau hanya akan membuat semuanya 'terlihat' baik-baik saja, padahal tidak." Estelle menekankan kata 'terlihat' sambil menarik napas. "Mau sampai kapan kau menciptakan kepura-puraan bahwa rumah tangga putra mahkota, putri mahkota dan selir barunya rukun? Ini hanya akan menjadi bom waktu. Selain itu ... apapun yang aku katakan, kau tetap tidak akan menggubrisnya. Apa aku salah?"

"Itu tidak benar." Harry menarik napas. "Kau tahu seberapa besar kepercayaanku padamu, kan?"

"Aku juga tahu seberapa besar perubahan sikapmu." Ellea berucap dengan datar dan dingin. "Begini saja, sebutkan satu keuntungan kalau aku kembali ke sana. Mari berhitung untung rugi untuk masalah ini."

"Estelle ...."

"Ingat saja, itu karena aku masih menghargaimu sebagai seorang suami dan putra mahkota negeri ini. Aku bisa saja pergi dan tidak menggubris ucapanmu, kau paham maksudku, kan?" Ellea bersedekap. "Berikan tawaran yang bernilai, aku sedang sangat kesal sekarang."

Harry tampak berpikir sejenak. Ini adalah pertama kalinya Estelle bersikap seperti ini. Pria itu bertanya-tanya dalam hati, apa mungkin sifat asli Ellea seperti ini?

"Aku tidak punya banyak waktu." Ellea menghela napas.

Pada akhirnya Harry tidak bisa memberikan penawaran. Pikirannya terlalu sibuk menerka apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya. Dan tentu saja itu tidak mudah. Banyak sekali hal yang membuat Harry sakit kepala.

"Sebutkan keinginanmu, Ell." kata Harry pada akhirnya.

"Berikan aku otoritas menjual daun teh, kelapa sawit, dan kayu pohon hitam terbaik dari Oglen dan mengekspornya ke Travian melalui Osein." Ellea menatap lurus pada Harry tanpa rasa takut.

Oglen adalah wilayah hutan yang kebanyakan penduduknya berkebun, bertani, dan memiliki sumber daya penghasil tumbuhan terbaik. Sementara Osein adalah kota perdagangan terbesar, pusat keluar masuknya barang ekspor dan impor. Sementara satu-satunya keuntungan paling cepat dan besar adalah jika Estelle bisa menjual barang-barang berkualitas tinggi itu ke Trevian yang tanahnya tidak stabil karena pengaruh energi sihir. Itu cukup menguntungkan, bahkan jika ia harus diusir atau keluar dari istana, wanita itu yakin bisa tetap hidup dengan berkecukupan.

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now