CHAPTER 51 : Egoistic (6)

10.3K 1.2K 157
                                    


"Selamat datang di Istana Spica, Nona Catherine," Putri Mahkota tersenyum simpul.

Kate tampak sederhana dalam balutan gaun biru tua yang hanya memiliki satu aksen pita di bagian belakang. Surainya tergerai begitu saja, mungkin cuma disisir rapi sebelum kemari. Tentu saja penampilannya jauh berbeda dengan Ellea yang mempersiapkan segalanya dengan baik. Namun setelah ini pun dia harus mempersiapkan segalanya sendiri, sebab sampai saat ini kepala personalia kerajaan tidak bisa menemukan bangsawan yang bersedia melayani Catherine. Bahkan yang setingkat baron pun menolak menjadi dayangnya.

"Kau cantik sekali, Ell," Harry berbisik tepat di telinga Ellea saat ia mempersilakan keduanya masuk ke ruang tengah.

Sudah seminggu lebih mereka tidak bertemu karena kesibukan Harry mengurus beberapa masalah di istana singgah Oalia. Ditambah pria itu harus mengurus Catherine, genap sepuluh hari.

"Aku akan menjelaskan beberapa peraturannya padamu," Ellea memberikan secarik kertas berisi tata krama yang harus dipatuhi Kate, "sebenarnya itu cuma formalitas. Kamarmu ada di pintu ketiga koridor timur."

Kate mengangkat kepalanya takut-takut, Harry dan Ellea saling berpandangan bingung.

"Sa-saya harus memanggil Anda apa?" Suara Kate mencicit pelan.

"Putri Mahkota, seperti biasa." Ellea tersenyum ramah, sudut matanya melirik pada Harry, penasaran dengan respon pemuda itu. "Baiklah, kurasa sudah semuanya. Kau bisa istirahat di kamar, sementara aku harus menghadiri kelas sosial politik dengan Madam Diana."

Ellea sudah bersiap berdiri ketika Kate tiba-tiba menarik roknya tiba-tiba.

"Ada apa lagi, Nona Kate?" Ellea mencoba bersabar, meskipun sebelumnya mereka pernah akrab saat Trevian menyerang, tapi tetap saja semuanya terasa berbeda.

"Tidak bolehkan saya memanggil dengan nama kecil Anda saja, Putri?" Kate tampak serba salah, "maksudku, sekarang kita punya suami yang sama. Kenapa kita tidak berteman saja?"

"Apa lulusan terbaik Gerrard tidak diajari sopan santun, Kate?" Ellea menatap tajam perempuan itu, "Apa kau tidak tahu, sejak hari pertama aku menginjakkan kaki di sini ... nama adalah hal pertama yang diambil dariku. Semua orang menyebut namaku dengan Putri Mahkota. Hanya Putra Mahkota, Yang Mulia Ratu dan Baginda Raja saja yang bisa memanggil nama kecilku."

"Ellea benar, kuharap kau mengerti, Nona Sil--maksudku, Kate." Harry menengahi, "Ellea sama sekali tidak membuat peraturan seperti ini karenamu. Peraturan istana sudah ada sejak pertama kali Deandrez berdiri, jadi kuharap kau bisa memaklumi sikap Putri Mahkota."

Kate mengangguk paham, "Saya minta maaf, Yang Mulia," kemudian wanita itu membungkuk hormat. "Kemuliaan dan Kejayaan Deandrez bagi Putri Mahkota."

"Seharusnya kau bersyukur, orang-orang masih bisa memanggilmu Kate meskipun sudah masuk ke istana." Ellea melenggang pergi, di susul Harry yang tiba-tiba beranjak dari sana saat Jayden mengabari perihal rencana pelatihan di Barack Pegasus.

Kate menatap barang-barangnya yang teronggok di ruang tengah, kemudian pada secarik kertas yang berada di atas meja. Bola mata jernih itu kemudian beredar keliling ruangan. Dalam hati sebenarnya ia sedikit bersyukur, karena kebaikan hati Putra Mahkota dan Baginda Raja, minimal dia tidak akan sendirian di mansion besar yang berantakan itu. Kini perempuan itu di tempatkan di Istana Spica, tempat yang dulu tidak boleh ia masukin sembarangan.

"Ehm, boleh aku minta tolong?"

Frita mendelik, di tangannya ada sebuah nampan berisi buah potong dan segelas air hangat. Langkah wanita itu terhenti saat Kate bicara padanya.

Who Made Me A Princess? [On Revision]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें