CHAPTER 34 : Say My Name (2)

12.6K 1K 259
                                    


Harry membuka matanya tiba-tiba, "Estelle!"

Kate terkesiap, duduknya bergeser cukup jauh saat mendengar nama itu terlontar dari mulut Putra Mahkota. Jantungnya berdegup kencang tak karuan, terlebih saat lelaki itu celingukan melihat kesekelilingnya. Ia takut sekali kalau seandainya sang Pangeran sadar begitu membuka mata. Pasalnya, dari tiga uji coba hanya satu kali keberhasilan yang ia catat.

Harry bergeming di tempatnya. Sepersekian detik kemudian dia menatap Kate; dengan tatapan kosong dan tanpa manik kelam yang biasa, menatap fokus sampai menembus hati perempuan itu. Seperti anak panah yang ditembakkan lurus pada seekor rusa, begitulah caranya gadis bangsawan Sillian bisa terpikat pada pesona sang Pangeran.

"Ellea, kenapa posisimu jauh sekali, hmm ...?" Harry berucap pelan, dengan suara baritonnya yang khas, "kemarilah."

Demi apapun, Kate berani bertaruh bahwa pengaruh sihirnya memberikan hasil lain daripada yang mereka ketahui sebelumnya. Objek percobaannya masih bisa mengenal dengan baik subjek yang memengaruhi mereka. Namun, hal sebaliknya terjadi pada Harry. Kenapa dia memanggilku dengan nama Putri Mahkota?

"Ellea, apa kau marah padaku?" Harry tersenyum tipis, kemudian mulai bergerak dari tempatnya duduk sekarang. "Apa aku melakukan sebuah kesalahan?"

Kate cuma menatap Harry dan tidak berani menjawab sama sekali. Ada banyak spekulasi di kepalanya, dan ia takut kalau bersuara nanti malah membuat lelaki itu sadar sepenuhnya. Bukan. Bukan maksud perempuan itu untuk melanjutkan hal gila ini bersama Putra Mahkota. Sumpah, meskipun menyukainya tapi Kate sangsi kalau harus menyerahkan dirinya dengan cara seperti ini.

Kalau Yang Mulia sadar sebelum batas waktu sihirnya habis, maka kami akan berada dalam bahaya. Apa kuberi dia segelas lagi?

Harry merangkak naik ke tempat tidur, mengubah posisinya yang tadi cuma duduk di pinggirnya. Kate merasa canggung, ditambah ada segelintir rasa takut yang menjalar sampai ke bulu romanya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan; apakah membuat Putra Mahkota sadar, atau membuatnya dimabuk mantra sampai pagi ... mana yang lebih baik, Kate sungguh tidak tahu jawabannya.

"Kau cantik sekali, Ell,"

Kate terkesiap, entah sejak kapan tahu-tahu Harry sudah berada tepat di depannya. Wajah mereka hanya berjarak sejengkal, dan Putra Mahkota menangkup wajah mungil itu dengan kedua tangannya. Perempuan itu membulatkan manik birunya yang jernih, tepat saat bibir Harry menabrak miliknya. Ini sungguh di luar kendali, Kate sama sekali tidak menduga bahwa ciuman pertamanya akan dicuri seperti ini. Lebih tepatnya ia baru saja berhasil membuat sang Pangeran mengambil ciumannya.

Bolehkah sekali ini saja aku meminjam Pangeranmu, Tuan Putri?

Gadis bangsawan itu kemudian memejamkan mata, membiarkan sang Pangeran mengecup bibir tipisnya berulang-ulang dengan kecupan ringan. Kate bergerak perlahan, dan sepanjang ciuman itu entah bagaimana tangannya sudah melingkar di leher Harry. Putra Mahkota kemudian kembali memangut bibirnya, menghisap lembut gumpalan merah muda itu, sebelum menjelajahi rongga mulut Kate dengan lidahnya.

Manis ....

Ada perasaan yang meletup-letup dalam diri si gadis bangsawan, padahal ini baru sekedar ciuman. Seolah lupa daratan, Kate membalas kecupan-kecupan pada bibir Harry. Melakukan yang sama persis dengan yang pria itu lakukan hingga lidah mereka saling membelit.

Anda beruntung sekali, Tuan Putri.

Dalam keheningan malam itu Kate merasakan sesuatu yang baru pertama kali ia rasakan seumur hidupnya. Sentuhan bibir Harry mulai berpindah, merambat pada daun telinganya hingga ke tengkuk dan lehernya. Lelaki itu menghisap kulit pucat si gadis bangsawan dan meninggalkan beberapa bercak merah di sana. Tak lama setelahnya tangan Putra Mahkota bergerak pada sepasang gundukan kenyal di tubuh depan Kate dan memijatnya perlahan.

Gila!

Lenguhan pertama Kate lolos begitu saja, tepat saat rasa geli bercampur nikmat itu menjalar dari salah satu bagian sensitifnya. Syaraf wanita itu menegang tiba-tiba, ada hawa panas yang menguar dari tubuhnya begitu sentuhan Harry semakin intens. Ciuman Harry kemudian berbalik pada bibir ranum Kate, menyerangnya lebih agresif, membabi buta.

"Ellea, aku sangat menginginkamu sekarang."

Kate tiba-tiba saja terhenyak, seperti dihempaskan dari langit ketujuh. Terutama saat sadar bahwa sedari tadi nama yang dipanggil-panggil Pangerannya bukan Catherine, melainkan Estelle. Namun gerakan tangan Harry terus berlanjut. Satu persatu kain yang melekat di tubuh Kate dilucuti satu per satu hingga benar-benar polos. Detik berikutnya lelaki itu menerjang sang gadis dan menindihnya, mengukung dengan kedua tangan kekarnya.

"Kau lebih cantik sekarang,"

Harry membenamkan wajahnya di antara buah dada Kate, dan lagi-lagi memberikan setruman-setruman kenikmatan bagi wanita muda itu. Perasaannya semakin tak karuan, terutama saat Putra Mahkota menyentuh bagian paling intimnya dengan ciuman dan hisapan lembut yang memabukkan. Logikanya sudah kembali seperti semua dan mulai merutuki kenyataan yang ada sekarang, tapi tubuh bergairah itu sama sekali tidak menuruti pikirannya.

"Pu-Putra Mahkota, hentikan,"

"Jadi, permainan seperti apa yang Anda sukai, Putri Estelle?" Kepala Harry menyembul dari bawah sana, kemudian menatapnya dengan mata kosong keabu-abuan, masih dibawah pengaruh mantra. Senyumnya tipis, tapi terlihat tidak seperti biasanya.

Aku bukan Estelle, Yang Mulia! - batin Kate menjerit.

Tiba-tiba saja seperti ada pedang yang terhunus langsung menembus jantungnya. Terasa sakit sekali, seolah luka yang tertinggal setelah pedangnya tercabut itu di baluri air garam. Kate tidak tahu sama sekali, kalau mencinta pada lelaki yang memuja wanita lain akan sesakit ini. Bahkan dalam momen paling indah sekali pun, seperti saat ini.

Harry kembali membenamkan wajahnya di bawah sana. Benar-benar membuat Kate tak bisa menolak kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan. Sejurus kemudian Putra Mahkota memposisikan dirinya, tepat di depan nirwana gadis bersurai keemasan itu. Tangan mungil wanita itu menahannya, akan tetapi sang Pangeran malah menyingkirkannya dengan mudah.

Harry menatap Kate dengan senyuman lembut itu, "Percaya padaku, Estelle."

"Akh!"

Bulir-bulir air mata Kate menetes begitu ia tahu apa yang baru saja memasuki bagian bawahnya. Kini Harry melanjutkan aktivitasnya, mendorong keluar masuk benda pusaka itu dengan irama yang teratur. Anehnya, lenguhan demi lenguhan keluar dengan mudahnya dari bibir Kate. Padahal ia sama sekali tidak menghendaki ini, tapi rasa menyengat disertai kenikmatan yang membawanya terbang ini seolah tak peduli bagaimana perasaannya.

Tubuhnya pun bereaksi sama, membuat perempuan itu menggerakkan pinggulnya seirama dengan Harry. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang bersamaan di perutnya, Kate benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan perasaan dan gelenyar-gelenyar aneh yang menggerogoti tubuhnya ini. Dia hanya bisa menikmati permainan Putra Mahkota sampai semuanya usai.

***


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now