CHAPTER 40: The Truth (2)

11.7K 1.3K 43
                                    

Wanita muda itu mengalihkan pandangan, menghindari tatapan kelam yang terfokus tajam padanya. Harry meringis tepat saat Ellea menekan pintu kuat-kuat, bukan karena buku-buku jari yang terjepit, melainkan hati yang begitu meradang bagai luka bernanah ditetesi air garam. Rasanya lara melinu sampai ke tulang rusuk.

"Aku takut, kalau memberimu kesempatan sekarang juga ... penjelasan itu malah membuat hatiku semakin hancur."

Harry mendorong mundur pintu yang ditahan Ellea sedari tadi. Perempuan itu lantas tumbang, jatuh duduk di balik posisi yang diterjang tenaga Putra Mahkota. Pria itu menerobos masuk, kemudian berjongkok di depan Ellea yang menangis dalam diam. Itu adalah pertama kali Harry melihat wanitanya menangis sepilu ini. Bahu Putri Mahkota bergetar, dan sesegukan kecil tampak lolos dari mulutnya yang dibekap tangan. Bulir-bulir bening mengalir deras dari pelupuk mata sembab itu.

"Aku sungguh minta maaf, Ellea." Harry menarik Ellea ke dalam dekapannya, memberikan kehangatan sebesar yang ia bisa pada tubuh mungil perempuan itu. "Aku benar-benar minta maaf. Tolong marahi atau pukul saja aku, asalkan tidak melihatmu menangis seperti ini."

Sampai beberapa saat kemudian keheningan masih menyelimuti keduanya. Ibarat menegakkan benang basah, sesulit itu membuka percakapan yang tadi terputus begitu saja. Baik Harry maupun Ellea masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Pemuda itu lantas mengusap lembut wajah gadisnya dari sisa-sisa air mata yang masih keluar dari pelupuk sembab itu.

"Malam itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Ketika membuka mata, aku melihat seorang wanita duduk di pinggir ranjang, dengan sehelai gaun tidur transparan yang sangat cantik." Harry menatap sepasang bola mata karamel itu lekat-lekat, "kupikir aku sedang bermimpi melihat bidadari, tapi ternyata lebih dari itu."

Ellea menahan napas, jadi kau menyebut Catherine bidadari?

"Bukan." Harry tertawa kecil, "Bukan Nona Sillian yang aku lihat malam itu. Tapi kau, Estelle."

Hening.

"Malam itu kau benar-benar terlihat cantik sekali. Surai panjangmu membingkai wajah rupawan ini dengan sempurna. Bibirmu yang kemerahan membuatku tak tahan untuk terus menciumnya. Kulitmu bahkan lebih lembut dari sutra dengan kualitas terbaik." Harry menjeda sejenak, "malam itu aku benar-benar menginginkanmu.

Iya, tapi kau melakukannya dengan Catherine. Ellea mendorong Harry kuat-kuat, melepaskan diri dari pelukan Putra Mahkota.

"Demi Tuhan, aku berani bersumpah pada dewa sekalipun," Harry tersenyum tipis, "Perempuan yang kulihat saat itu adalah dirimu, Ellea." Pria itu melanjutkan, "anehnya saat aku bangun keesokan paginya, gadis itu adalah Nona Sillian."

Ellea menatap Harry dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan sama sekali.

"Jadi, Anda melihat Tuan Putri, tapi meniduri Nona Sillian, begitukah Yang Mulia?"

Mahkluk adam dan hawa itu terkesiap, mereka buru-buru mengalihkan atensi pada pemilik suara. Oh, rupanya Zrielka. Laki-laki itu berdiri di depan ruang pribadi Ellea secara tiba-tiba.

Harry celingukan mencari para penjaga, "Apa yang kau-"

"Anda ingat semua hal yang sudah dilakukan malam itu? Apakah ada yang Anda curigai sebagai penyebabnya? Mengapa Anda bisa bermalam di kediaman bangsawan Sillian tanpa sepengetahuan Anda? Memangnya Yang Mulia diculik?" Zrielka memotong cepat, memburu dengan banyak pertanyaan sekaligus. "Baginda Ratu bilang, ada energi aneh yang menguar dari tubuh Pangeran setelah pulang dari kediaman Sillian, apa benar?"

"Zrielka, satu-satu." Ratu Arielle kemudian masuk ke dalam, Harry sudah mau memprotes tapi batal saat melihat ibunya mendelik tajam. "Kami memanggil Zrielka untuk menyelidiki energi sihir itu."

"Terimalah hormat saya, Yang Mulia Putri Mahkota." Zrielka membungkuk hormat begitu Ellea keluar dari ruang pribadinya. "Ah, dan untuk Putra Mahkota serta Baginda Ratu pastinya.

Ellea mengulum senyum, kemudian menggiring mereka ke balkon. Dimana terdapat sebuah meja bulat bercorak batu koral yang ditengahnya terdapat satu vas kecil bunga mawar. Putri Mahkota kemudian memanggil Frita untuk menyajikan teh dan cemilan.

"Jadi, bagaimana kabar Anda, Putri Estelle?" Zrielka tersenyum lucu dengan gigi kelincinya, "Apa kunang-kunang birunya masih bermasalah?"

Ellea tertawa begitu mendengar kata 'kunang-kunang biru', "sepertinya sudah tidak apa-apa, Tuan."

"Panggil Zrielka saja, Tuan Putri." lelaki itu tersenyum lagi, membuat lesung pipinya tercetak jelas; semnetara Harry menatapnya tajam bahkan sampai memicing. "Ah, iya, maafkan kelancangan saya karena lupa menanyakan kabar Anda, Pangeran. Semoga Anda sehat selalu."

Harry cuma mendengus, kemudian membuang muka.

* * * *


Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum