Chapter 8

2.7K 239 10
                                    

Singto masuk kamar Krist, terlihat Krist baru saja selesai mandi, ia hanya memakai handuk di pinggangnya untuk menutupi bagian sensitifnya.

"Sayang sekali kau sudah bangun padahal aku ingin membangunkanmu dengan kasar" ucap Singto membuat Krist kaget dan segera memakai bajunya.

"Kenapa kau buru-buru sekali, tenanglah aku sedang tidak bernafsu" ucap Singto menyeringai.

"Apa yang kau inginkan?"

"Ohya bersihkan kamarku sekarang, jangan sampai ada sebutir debu saja yang tersisa. Jika sampai ada maka aku akan menghukummu."

"B-baiklah."

Singto kemudian turun ke ruang makan untuk sarapan bersama kakak-kakanya. Sedangkan Krist masih bingung karena Singto tidak memberitahukan letak kamarnya.

Selesai makan Singto masuk ke kamarnya dan melihat kamarnya masih berantakan. Singto yang geram langsung saja masuk ke kamar Krist dan memarahinya.

"Apa kau tuli?" Ucap Singto sambil menjambak rambut Krist.

"Arghh sakittt."

"Kau tidak mendengarkan apa yang aku perintahkan padamu ha?" Singto semakin mengeratkan cengkramannya pada rambut Krist.

"A-aku t-tidak tau kamarmu d-dimana" ucap Krist terbata-bata menahan Sakit.

Singto lalu menyeret rambut Krist ke kamarnya, setelah sampai ia menghempaskan tubuh Krist ke lantai. Krist meneteskan air matanya karena merasakan kesakitan disekujur badannya.

Singto duduk disofa pojok kamarnya, "Sekarang bersihkan cepat, aku akan mengawasi dari sini. Ingat, aku tidak ingin ada sebutir debu yang tersisa."

Krist berdiri dengan pelan, sedikit merintih karena pinggangnya terasa nyeri. Kemudian ia membersihkan kamar Singto dengan teliti agar tidak ada yang terlewat.

Krist yang sudah selesai membersihkan kamar itu lalu menghampiri Singto, ternyata Singto ketiduran disofa. Melihat wajah Singto yang damai saat tidur membuat hati Krist sedikit berdesir, seulas senyum terbit diwajah manisnya.

Tampan.

Krist berjalan mendekati Singto dan berjongkok untuk melihat wajah Singto dari dekat, tangannya menyentuh pelan wajah Singto. "Ternyata kau sangat tampan" ucap Krist lirih kemudian tersenyum.

Namun tiba-tiba Singto membuka matanya membuat Krist terlonjak kaget, ia segera berdiri dan mengalihkan pandangannya kesamping.

"Sedang apa kau? Apa kau ingin membunuhku?"

"T-tidak.. a-aku tidak mungkin melakukan i-itu" ucap Krist dengan nada tercekat karena takut.

"Apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?"

"S-sudah."

"Okay let's checking."

Krist sedikit was-was ketika Singto memeriksa ruangannya, ia takut ada yang terlewat untuk dibersihkan dan Singto akan menghukumnya, rasanya tubuhnya sudah tidak sanggup untuk menerima penyiksaan lagi hari ini.

Singto sengaja berdiri membelakangi Krist, sesungguhnya ia tidak benar-benar memeriksa pekerjaan Krist. Karena pkirannya saat ini terfokus pada apa yang barusan dilakukan oleh Krist.

Singto memang tertidur, tapi ia bangun ketika merasakan seseorang mendekat padanya, dan ia tau itu adalah Krist. Singto tidak membuka matanya karena ingin tau apa yang akan dilakukan Krist padanya. Dalam pikirannya Krist akan mencekiknya atau menusuknya, hingga Singto sudah memegang pistol yang sudah siap ditembakkan dibalik punggungnya, namun yang dilakukan Krist malah hal yang sangat tidak diduga. Ada sesuatu yang aneh dihati Singto tapi Singto tidak tau apa itu.

Stockholm [Singto X Krist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang