Chapter 28

2.7K 229 73
                                    

Krist terbangun saat mendengar suara tangisan Krisya, ia baru sadar jika ia bangun terlalu siang. Bayi cantik itu pasti sudah lapar hingga menangis kencang. Krist segera bangun dan menyiapkan susu formula dibotol minumnya.

Krist mengambil Krisya dari box bayinya dan memberikan susu yang baru saja ia buat ke mulut kecilnya. Krisya langsung mengenyut botol dotnya dengan rakus hingga tandas.

"Maafkan papa sayang, kamu pasti kelaparan ya?"

Krist melihat Singto yang masih tertidur pulas seakan menulikan telinganya agar tidak mendengar tangisan Krisya. Krist membiarkannya, mungkin memang Singto lelah karena kemarin malam Singto harus begadang untuk menjaga Krisya.

Setelah Krisya terlelap, dengan perlahan Krist menaruhnya kembali ke box bayi. Kemudian ia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Krist mengisi air dalam bathup kemudian menuangkan sabun kedalamnya, tidak lupa menghidupkan lilin aromaterapi untuk rileksasi. Setelah dirasa cukup, Krist merendam tubuhnya dengan air hangat itu. Rasanya nyaman sekali, memang memanjakan diri sendiri itu sangat diperlukan.

Tak berapa lama Krist memejamkan mata menikmati ritual mandinya, ia merasa air dalam bathup bergelombang hebat. Krist membuka matanya ternyata Singto sudah berada didepannya.

"Phi Sing, kenapa kau disini? Aku sedang mandi."

"Kemarilah, aku akan menggosok punggungmu."

Krist menatap Singto curiga, pasti menggosok punggung hanya alasannya saja. Tujuan utamanya adalah melecehkan Krist, tapi Krist juga suka dilecehkan oleh Singto. Enak sih!

"Ck. Aku tau ya apa yang ada diotakmu Phi." Ucap Krist menatap Singto dengan sinis.

"Kitttt, kemarin malam aku ngobrol dengan bayi, dia mau adik katanya."

Krist melototkan matanya, bagaimana bisa Singto mengatakan itu padahal belum genap sebulan Krist melahirkan, lagipula mana ada bayi berumur 28 hari bisa berbicara.

"Phi Sing, bisa tidak kau hilangkan pikiran mesummu itu? Bahkan bekas jahitan diperutku saja masih terasa nyeri." Ucap Krist kesal.

"Please."

"No!"

Singto mengerucutkan bibirnya membuat Krist tergelak karena baru hari ini ia melihat ekspresi Singto yang seperti itu. Sungguh, jika Krist bercerita pada orang lain tentang tingkah lakunya saat bersama dengan Krist pasti orang-orang tidak akan percaya.

Jelas saja, siapa yang akan mempercayai bahwa Singto dengan image kejam dan dingin, malah berperilaku manja ketika bersama dengannya. Krist merasa Singto terlihat lebih tampan saat menatapnya memohon seperti itu.

"Kenapa kau malah tertawa?" Singto menjadi kesal.

Krist memutar tubuhnya untuk memunggungi Singto kemudian bersandar didadanya. Seketika senyum terbit diwajah tampan Singto, ia melingkarkan tangannya ke perut Krist.

"Apa kau berubah pikiran?"

"Tidak! Aku hanya ingin bersandar saja padamu."

Singto kembali mendengus kesal, padahal ia sudah berharap Krist akan berubah pikiran saat mendekat padanya, tidak tahunya hanya ingin bersandar saja.

Krist kembali memejamkan matanya, ternyata berendam dengan berpelukan terasa lebih nyaman.  Air hangat, wangi lilin aroma terapi dan Singto, benar-benar perpaduan yang sangat pas.

"Kit."

"Hm."

"Setelah ini kita belanja ya, kita harus membeli tuxedo untuk pernikahan kita, 'kan?"

Stockholm [Singto X Krist]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt