Chapter 15

2.9K 248 39
                                    

Singto melihat jamnya menunjukkan pukul 3 sore, masih ada waktu untuknya bersantai sebelum malam. Ia mengambil kunci mobil sportnya dan menacap gasnya meninggalkan markas, sedangkan mobil bodyguardnya mengikutinya dari belakang.

Singto pergi ke kediaman Ruangroj, sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kakinya dirumah itu. Setelah orang tuanya meninggal 8 tahun yang lalu, ia tidak pernah mau tinggal dirumah ini karena banyak sekali kenangannya dengan orang tua dan kedua kakaknya.

Singto senyum tipis ketika masuk rumah itu, rumah yang terlihat megah dan juga terawat karena Singto meminta seseorang untuk membersihkan rumah itu setiap hari meskipun hanya ditinggali jika kakaknya ada pekerjaan di Bangkok saja.

Singto berjalan ke sebuah kamar yang sangat bersih dan rapi, terdapat pigora besar di atas tempat tidur dengan foto pria dan wanita paruh baya, itu adalah foto ayah dan ibu Singto.

"Hai pho, mae, hari ini Sing datang." Ucap Singto kemudian tersenyum. "Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu, Sing rindu dengan pho dan mae, apa pho dan mae juga rindu dengan Sing? Sing ingin menceritakan banyak hal pada pho dan mae seperti dulu, tapi tidak bisa ya?" Singto tersenyum kecut.

"Kalian tau, Sing sudah memberikan hukuman orang yang mencelakakan kalian, Sing mengambil anaknya." Singto sedikit tertawa. "Sama seperti dia mengambil seseorang yang sangat berarti dalam hidup Sing, Sing juga mengambil apa yang paling berarti untuk orang itu."

Singto menghela nafasnya, "tapi pho, mae, anak itu hamil, Sing tidak tau jika dia memiliki rahim seperti wanita. Apa pho dan mae akan marah pada Sing? Tapi Sing akan punya anak dan kalian juga akan memiliki cucu, apa kalian tidak senang?"

"Sing tidak tahu apa yang harus Sing lakukan, apa Sing pantas menjadi seorang ayah? Apa Sing bisa membahagiakannya? Apa Sing bisa membuatnya bangga memiliki ayah seperti Sing? Tapi Sing janji sama pho dan mae, Sing akan menjaga anak Sing sekuat tenaga dan tidak akan membiarkannya terluka."

"Pho, tolong ajarkan Sing cara menjadi ayah yang hebat seperti pho. Sing ingin anak Sing nanti akan menyayangi Sing sama seperti Sing menyayangi pho. Sing tidak tau kenapa Sing bisa menyayangi sesuatu yang belum ada wujudnya, apa pho dulu juga begitu saat Sing masih dikandungan mae?" Singto tersenyum.

Singto berdiri kemudian mengusap pigora foto itu. "Mae, pho, Sing pergi dulu ya. Sing akan mengunjungi kalian lagi nanti dan akan memperkenalkan anak Sing pada kalian. Sampai jumpa, Sing sayang mae dan pho."

Singto keluar dari kamar itu dan sikapnya kembali dingin dengan tatapan tajam yang mengerikan sama seperti Singto biasanya.

"Kita pergi ke pelabuhan sekarang." Ucap Singto pada bodyguardnya.

"Baik tuan."

Singto melajukan mobil sportnya dengan kecepatan tinggi hingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke pelabuhan. Terlihat disana banyak sekali bodyguard Singto yang berjaga dan Joss yang sudah menunggu kedatangan tuannya.

"Tuan anda sudah ditunggu Tuan Nat dimarkas." Ucap Joss.

Singto berjalan menghampiri Nat yang berada dimarkas, terlihat pria itu sudah duduk dikursi dan jari-jarinya mengetuk meja.

"Bagaimana kabarmu Singto?" Tanya Nat dengan senyum manisnya.

"Tidak perlu basa-basi, cepat serahkan uangku maka aku akan menyuruh anak buahku untuk memasukkan pesananmu ke kapal." Ucap Singto dengan nada datarnya.

"Apa kau tidak ingin bermain denganku?" Tanya Nat dengan senyum menggoda.

"Tidak, cepat serahkan uangku."

Nat menyerahkan 2 tas besar yang berisikan uang pada Singto kemudian Singto mengecek uang itu dan menutupnya kembali. Nat tiba-tiba mendekat kearah Singto dan memegang tekuknya, menciumnya dengan kasar dan penuh nafsu.

Stockholm [Singto X Krist]Where stories live. Discover now