Epilog

2.5K 204 30
                                    

Pagi hari saat matahari belum menampakkan eksistensinya, keluarga Ruangroj sudah sibuk dengan pernak-pernik dekorasi ruangan. Hari ini adalah hari ulang tahun Krisya ke-5, waktu memang berjalan dengan cepat hingga bayi cantik itu kini sudah bisa diajak bermain bersama.

Krisya tumbuh menjadi anak yang pintar dan cepat dalam belajar, ia bahkan mulai berbicara di usia 10 bulan dan berjalan usia 11 bulan, cukup cepat untuk anak seusianya waktu itu. Tentu saja hal itu membuat bangga kedua orang tuanya dan paman-pamannya.

Karena Krisya adalah satu-satunya anak dan keponakan dirumah ini, jadi ia sangat dimanjakan oleh daddy dan pamannya, tapi tidak dengan papanya. Krist tidak suka jika Krisya terlalu di manja karena itu akan membuatnya menjadi ketergantungan dengan orang lain. Krist ingin Krisya tumbuh menjadi anak yang kuat dan mandiri, agar nanti jika ia menghadapi masalah, ia tidak akan takut seperti dirinya dulu.

"Kit, apa semua sudah siap?" Tanya Singto.

"Sudah Phi, tinggal bangunkan Krisya saja."

"Biar aku yang membangunkannya."

Singto beranjak dari ruang keluarga dan menuju kamar Krisya. Ternyata putri cantik itu masih betah berlama-lama di alam mimpi, bahkan ketika diluar kamarnya berisik ia tidak terganggu sama sekali.

 Ternyata putri cantik itu masih betah berlama-lama di alam mimpi, bahkan ketika diluar kamarnya berisik ia tidak terganggu sama sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bayi, ayo bangun ini sudah siang, lihat bulannya sudah dimakan sama matahari."

"Klisya masih ngantuk daddy."

"Jika bayi tidak mau bangun nanti daddy akan habiskan nasi goreng mentega buatan papa, hm enak."

Krisya langsung membuka matanya lebar, ia tidak mau jika nasi goreng menteganya dihabiskan daddy. Krisya bahkan tidak mau berbagi pada siapapun untuk nasi goreng mentega buatan papanya.

"Klisya mau nasi goleng mentega, jangan dihabiskan daddy."

"Kalau begitu, ayo mandi habis itu kita sarapan."

Krisya mengangguk dengan cepat kemudian turun dari kasurnya untuk pergi ke kamar mandi. Singto membantu untuk memandikan Krisya kemudian memakaikan bajunya.

"Daddy, Klisya mau di ikat lambutnya."

"Oke, daddy panggilkan papa ya, biar di ikat sama papa."

"Klisya maunya di ikat lambutnya sama daddy."

Singto nampak frustasi, ia tidak bisa cara mengikat rambut Krisya, menyisir saja terlihat berantakan apalagi harus mengikat rambut.

"Ada apa Phi?" Krist masuk kamar Krisya.

"Nah ini papa sudah datang, rambutnya diikat sama papa ya."

"No! Sama daddy."

"Sayang, daddy masih ada urusan untuk menyiapkan pesta ulang tahu Krisya, papa saja ya yang ikat rambut Krisya." Bujuk Krist.

Stockholm [Singto X Krist]Where stories live. Discover now