Chapter 14

3K 254 30
                                    

Singto sedang duduk diruang tamu dengan membaca sebuah buku, karena di mansionnya tidak memiliki alat komunikasi apapun jadi untuk menghilangkan kebosannya adalah membaca buku.

Bukannya Singto tidak mampu beli alat komunikasi, bahkan ia bisa membeli 100% saham perusahaan ponsel merek terkenal namun jika ia menggunakan ponsel di mansionnya itu akan sangat berbahaya karena mansionnya akan mudah dilacak oleh musuh-musuhnya.

Singto dan kakak-kakaknya hanya menggunakan alat komunikasi saat berada di kota saja, setelah mereka kembali ke mansion semua alat komunikasi akan ditinggal di mansion mereka dikota.

"Sing, nanti siang kau jadi ke Bangkok?" Tanya New yang baru keluar dari kamarnya.

"Iya, kenapa?" Ucap Singto sambil menutup bukanya.

"Bisakah kau ajak Krist bersamamu? Bawa dia ke dokter kandungan dan periksakan kandungannya."

Singto menaikkan satu alisnya dan melirik New. "Kau kan juga dokter, kenapa bukan kau saja yang memeriksanya?"

"Aku dokter jiwa jika kau lupa. Lagi pula disini tidak ada alat yang memadai untuk memeriksa kehamilan."

"Tidak, sangat berbahaya jika membawanya ke Bangkok, aku dengar Sangpotirat sedang melakukan pencarian untuk menemukannya."

"Lalu kau tidak akan memeriksakannya sampai ia melahirkan?" Ucap New dengan kesal.

"Baiklah, aku akan membawanya ke luar negeri."

"Ya terserah kau saja, asal bawa dia ke dokter untuk pemeriksaan kandungannya."

Singto tidak menanggapinya, ia pergi meninggalkan New begitu saja karena Singto tidak suka terlalu banyak bicara. Singto masuk ke kamarnya dan melihat Krist sedang membersihkan kamar Singto yang sekarang jadi kamarnya juga.

"Tidak perlu melakukannya, kau bisa meminta maid untuk membersihkan kamar ini." Ucap Singto membuat Krist menoleh ke belakang.

"Aku bisa membersihkannya, ini pekerjaan yang mudah." Ujar Krist sambil mengelap meja.

"Kau tidak boleh banyak gerak."

Krist melirik Singto dengan heran, sejak kapan Singto perhatian dengannya? Mungkin karena ia sedang hamil anaknya, coba saja jika Krist tidak hamil pasti ia sudah digantung dipohon kelapa karena beberapa hari ini memperlakukannya dengan kasar.

"Lalu aku harus melakukan apa? Aku bosan." Ucap Krist dengan mempoutkan bibirnya.

Singto yang melihatnya tersenyum tipis, saking tipisnya sampai tak terlihat jika ia sedang tersenyum. Singto merasa Krist terlihat menggemaskan sekarang. Apa benar kata orang, jika orang hamil akan terlihat lebih menggoda. Entahlah.

"Mau melihat pantai?"

Krist melihat Singto dengan mata berbinar kemudian menjawabnya dengan semangat. "Mauuu."

"Ayo ikut aku."

Singto berjalan didepan dan Krist mengekorinya. Bodyguard membukakan jalan dan membiarkan Krist pergi karena bersama tuannya. Biasanya Krist tidak akan boleh keluar mansion, bahkan bersama New sekalipun.

"Ternyata pemandangannya lebih indah daripada dilihat dari jendela. Aku ingin bermain di tepi pantai." Ucap Krist sedikit berlari.

"Jangan berlari bodoh, nanti kau akan jatuh."

Krist menghentikan langkahnya dan menatap Singto kesal. Ya, Singto tetaplah Singto, mulutnya sangat kotor. Meskipun ia berubah menjadi lebih perhatian namun ucapannya masih saja kejam. Krist kemudian mengangkat kedua bahunya tak mau peduli dengan ucapan Singto dan pergi ke tepi pantai.

Stockholm [Singto X Krist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang