Chapter 19

2.7K 236 45
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, perut Krist mulai terlihat membesar, usia kandungannya memasuki minggu ke-29. Krist sudah sangat tidak sabar untuk melihat anaknya lahir kedunia, sebenarnya ia sedikit takut ketika dokter menjelaskan proses lahiran namun ia harus berjuang demi anaknya. Krist yakin Krist bisa, ia pria jadi ia tidak boleh kalah dengan wanita.

Krist berdiri didepan kaca dan memandangi perutnya, tangannya bergerak untuk mengusap pelan perut yang membuncit itu. Ia tersenyum saat beberapa kali bayinya bergerak dalam perutnya.

"Kau sangat aktif ya."

Saat Krist mengusap perutnya tiba-tiba ia mendengar suara gaduh dari bawah, Krist yang penasaran memutuskan untuk melihatnya. Saat sampai dibawah, Krist sangat terkejut melihat Singto yang lengannya berlumuram darah dan New yang sedang mengobati lukanya.

"Phi Sing kau kenapa?"

Krist semakin panik saat melihat luka Singto, Krist yakin itu adalah luka tembak. Singto masih diam tidak membalas ucapan Krist karena menahan sakit dilengannya.

"Phi Sing..."

Krist tidak bisa menahan air matanya saat melihat keadaan Singto yang seperti itu. Ia sangat khawatir dan juga takut terjadi sesuatu yang buruk pada Singto.

"Pergilah ssshh ke kamar Kit." Ucap Singto sambil menahan sakitnya.

"Tidak aku ingin melihatmu, kau baik-baik saja kan Phi? Apa ada bagian lain yang sakit?"

"Krist, aku akan mengobati lukanya, kamu pergilah ke kamarmu. Aku tidak fokus jika kau menangis disini." Titah New.

Krist pun dengan berat hati menuruti apa yang dikatakan oleh New, Krist kembali ke kamar dengan keadaan yang tidak baik. Ia sangat cemas hingga berjalan kesana kemari menunggu New selesai mengobati Singto.

Setelah hampir satu jam, Singto masuk kedalam kamarnya dan Krist langsung berdiri menghampiri Singto.

"Phi Sing kenapa kau bisa seperti ini?"

"Apa kau sudah makan?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan Phi!"

Singto tidak bisa menceritakan pada Krist apa yang baru saja terjadi. Untuk pertama kalinya Singto merasa takut, ia takut kehilangan orang yang ada didepannya saat ini. Singto tidak tau sejak kapan Krist memiliki arti dalam hidupnya dan menduduki tahta tertinggi dalam hatinya.

"Kit, jika ada kesempatan apa kau akan pergi dari sini?"

Krist menatap Singto bingung, apa yang coba Singto sampaikan padanya, mengapa ia mengatakan hal itu? Pasti ada sesuatu yang mengganjal dipikiran Singto.

"Ada apa Phi?"

"Jawab saja pertanyaanku."

"Tidak, aku tidak akan meninggalkamu. Bukankah kita sudah berjanji akan merawat anak ini bersama?"

Singto hanya membalas Krist dengan senyuman, ia masih tidak yakin dengan apa yang dikatan oleh Krist namun ia coba untuk berpikir positif agar Krist tidak curiga dengannya.

Krist tau ada sesuatu yang tidak beres dengan Singto namun Singto tidak mau menceritakannya. Krist penasaran masalah apa yang terjadi hingga Singto terluka seperti ini.

"Sekarang ceritakan padaku, apa yang terjadi?"

"Tadi--"

Dor. Dor.

Dua tembakan terdengar dari luar mansion Singto hingga membuat Krist menghamburkan diri ke pelukan Singto.

"Phi Sing ada apa? Kenapa ada suara tembakan?"

Stockholm [Singto X Krist]Where stories live. Discover now