Prolog

489 50 2
                                    

•••

Koridor rumah sakit sangat sepi. Melirik jam, sudah jam sebelas malam. Wanita itu berjalan menuju ruang bayi.
Tangan dilekap pada kaca yang menghalangi dirinya dan sang bayi.
Dibandingkan bayi lainnya, anak itu terlihat paling mungil.
Seolah tahu kehadirannya, bayi itu mulai menangis. Segera perawat datang menenangkan.

"Sudah larut, aku antar kau pulang." Seorang pria yang tidak tahu sejak kapan berdiri di sampingnya tibatiba bicara.

Wanita itu menoleh sebentar lalu mengalihkan pandangan pada bayi mungil yang kini telah kembali tenang.

"Besok pagi kau harus pergi lagi kan? Sebaiknya istirahat. Besok aku akan mengantarmu ke bandara," ucap pria itu lagi.

"Aku bisa pergi sendiri," jawab wanita itu. Meski hati telah memberi kemaafan, tapi dia tak bisa lagi menerima pria itu masuk ke dalam hatinya. Hidupnya sekarang hanya untuk bayi itu saja. Seandainya bisa, dia lebih memilih membesarkan bayi itu sendiri. Tapi bagaimana pun pria yang dia benci di sampingnya adalah ayah dari bayi itu. Dia benarbenar merasa terjebak sekarang. Tapi bayi itu tak berdosa, dia tak bisa membiarkan anak malang itu kehilangan salah satu cinta orangtua.

"Kalau begitu hatihati. Jangan lupa kabari jika pesawatmu sudah mendarat besok. Aku akan merawat baby sampai kau kembali nanti."

"Kau ayahnya. Memang sudah seharusnya kau yang merawat."

Setelah bicara dia berbalik hendak pergi, namun pria itu menahannya.

"Apa lagi?" tanya wanita itu tak sabar.

"Aku tahu kau membenciku. Jika kau keberatan membesarkannya karena statusnya sebagai putriku, kau bisa tenang. Aku bersedia merawatnya sendirian. Kau bisa fokus pada mimpimu sendiri tanpa terbebani oleh kehadiran anak ini."

"Kapan aku mengatakan aku keberatan merawatnya? Bagaimana pun Tuhan telah menakdirkan dia jadi putriku, dan sudah pasti aku akan bertanggung jawab padanya, meskipun aku membenci bapaknya," balasnya lalu pergi.

Langkahnya berat meninggalkan rumah sakit. Keputusan yang sulit, namun dia telah memilih dan tak bisa mundur lagi.

•••

NoktahWhere stories live. Discover now